Keterkaitan Neurosains dengan Perilaku Seksual Remaja dan Faktor yang Mempengaruhinya

MALANG RAYA110 Dilihat

Oleh: Aurelia Dhea Aryanto

Neurosains dalam psikologi merupakan studi ilmiah tentang bagaimana otak dan sistem saraf berinteraksi dengan emosi, kognitif, dan sosial. Hal tersebut menggunakan pendekatan interdisipliner yang menggabungkan aspek-aspek biologi dan psikologi yang mencakup dasar neurobiologis dari respon seksual, pengaruh hormon, psikologi kognitif, kecerdasan buatan, biologi, dan peran sistem saraf dalam mengatur perilaku seksual manusia.

Fokus neurosains adalah pada struktur dan fungsi otak serta dampaknya terhadap perilaku dan proses mental. Hal ini semakin penting dalam memahami berbagai fenomena psikologis, seperti ingatan, persepsi, pengambilan keputusan, dan emosi. Dengan pemahaman fungsi otak, neurosains juga dapat membantu mengubah pola pikir, perilaku, dan membantu memahami bagaimana faktor biologis dan psikologis saling berinteraksi untuk membentuk perilaku seksual individu.

Perilaku seksual merupakan segala perilaku yang disebabkan oleh hasrat seksual antara dua orang, baik dengan berlawanan jenis maupun sesama jenis (Hurlock, 1991). Bentuk dari perilaku seksual diawali dari rasa penasaran bahkan juga ketertarikan kepada lawan jenis maupun sesama jenis dengan ingin melakukan tingkah laku seperti bercumbu, berpacaran, dan berhubungan seks (Sarwono, 2016).

Perilaku Seksual berhubungan erat dengan otak dan sistem penghargaannya bahwa hiperseksualitas berkaitan erat dengan kelainan pada otak. Penelitian yang dilakukan di Universitas California Los Angeles (UCLA) menemukan bahwa alur kerja otak ternyata lebih berkaitan dengan seksualitas. Hasil ini menunjukkan bahwa otak manusia dibuat untuk berpikir tentang seks. Pengujian ini menggunakan alat EEG, yang digunakan untuk mendorong respons otak yang kuat terhadap hal-hal yang relatif baru dan tidak teringat dalam memori otak, yaitu bagaimana orang dapat termotivasi oleh pemandangan seksual. Menurut penelitian dalam jurnal Social Cognitive and Affective Neuroscience, pemetaan EEG merupakan tolak ukur motivasi untuk aktivitas seksual orang dianggap sebagai fungsi biologis.

Permasalahan yang dihadapi remaja sangat kompleks, seperti masalah prestasi, pergaulan bebas, bahkan perilaku pacaran yang tidak sehat. Menurut penelitian Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, perilaku seksual yang sedang marak terjadi pada jaman sekarang mayoritas terjadi pada usia 15-19 tahun. Data hasil SDKI 2017, seperempat remaja di Indonesia menyampaikan bahwa sebelum mereka berusia 15 tahun, mereka sudah mulai berpacaran. Dimulai dengan berpegangan tangan, dilanjutkan dengan berciuman, dan bahkan ada remaja yang mengaku pernah menyentuh dan meraba area sensitif pasangannya. Terdapat 3,6% remaja pria mengaku pernah melakukan hubungan seksual layaknya suami istri (BKKBN dkk, 2018).

Interaksi kompleks antara faktor neurobiologis, hormonal, dan perkembangan psikososial juga dapat menyebabkan perilaku seksual pada remaja. Perubahan hormonal yang terjadi selama masa pubertas dapat memainkan peran penting dalam merangsang ketertarikan seksual dan perilaku seksual. Selain itu, perkembangan otak remaja memengaruhi kemungkinan perilaku seksual, terutama berlaku untuk bagian otak yang berkaitan dengan kontrol impuls dan pengambilan keputusan.

Pengaruh lingkungan, isu-isu kontrol sosial, norma budaya, orientasi seksual, tekanan sosial, paparan media pornografi, dan faktor biologis lainnya juga memengaruhi perilaku seksual pada remaja. Studi neurosains membantu kita memahami dasar biologis dari respons seksual dan bagaimana faktor ini berinteraksi satu sama lain. Pengaruh ini dapat sangat kompleks dan bervariasi antar individu. Oleh karena itu, memahami psikoedukasi dan neurosains dengan baik dapat membantu mencegah perilaku seksual pranikah pada remaja.

Terdapat beberapa faktor menurut neurosains yang dapat mempengaruhi perilaku seksual seseorang :

Tingkat pengetahuan : Penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mempengaruhi perilaku seksual seseorang.

Peran orang tua : Perilaku seksual anak dipengaruhi oleh cara mengasuh, kebijakan, dan instruksi dari orang tua.

Pengaruh teman sebaya : Teman sebaya memiliki pengaruh positif atau negatif pada perilaku seksual individu.

Gaya hidup : Cara hidup seseorang mempengaruhi perilaku seksual mereka.

Kecerdasan emosi dan self-control : Sikap terhadap perilaku seksual pranikah dapat dipengaruhi oleh kecerdasan emosi dan self-control individu.

Media sosial dan keterampilan : Cara menggunakan media sosial yang salah dan keterampilan yang dimiliki individu mempengaruhi perilaku seksual mereka

Pengalaman dini : Pengalaman seksual dan perasaan seksual yang dimiliki individu mempengaruhi perilaku seksual mereka.

Dalam neurosains, perilaku seksual pada remaja sering disalahgunakan karena adanya kesenjangan antara kematangan fisik-seksual dan perkembangan kognitif-psikososial. Hal ini dapat menyebabkan masalah perilaku seksual pada remaja, seperti berhubungan seks diluar nikah. Remaja yang tinggal jauh dari pengawasan orang tua atau bahkan ditinggal orang tuanya tersebut lebih mungkin melakukan perilaku seksual pranikah karena mereka tidak mendapatkan pendampingan orang tua selama perkembangan seksualnya.

Perilaku seksual pada remaja memiliki konsekuensi yang luas, termasuk dampak pada kesehatan fisik, fisiologis, psikologis, dan sosial. Beberapa konsekuensi dari perilaku seksual berisiko pada remaja meliputi kehamilan yang tidak diinginkan, pernikahan pada usia dini, aborsi, penyakit kelamin, IMS, dan HIV/AIDS. Selain itu, perilaku seksual bebas juga dapat menyebabkan penyakit menular seksual pada remaja. Oleh karena itu, pentingnya didikan orang tua dan pendidikan seksual bagi anak-anak tentang proses pembelajaran yang berfokus pada bagaimana mengantisipasi apa yang akan terjadi di masa depan sembari membangun karakter, pola perilaku untuk mencegah pelecehan seksual atau perilaku menyimpang, dan bahayanya perilaku seksual pranikah yang mungkin akan terjadi. (*)

Penulis adalah mahasiswa: Fakultas : FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ( PSIKOLOGI )Universitas : UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Referensi :Nida, N. H. (2023, November 30). Retrieved from PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA: https://dp3ap2.jogjaprov.go.id/berita/detail/559-perilaku-seks-pranikah-remaja

Nisa, A. H. (2023). PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA, 1-117.

Nur Amaylia K.W1, I. A. (2023). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Berisiko di SMAN X, 1-7.

Universitas Gadjah Mada Fakultas Psikologi. (2023, November 30). Retrieved from Fakultas Psikologi UGM Gencar Perkenalkan Pendekatan Neurosains: https://psikologi.ugm.ac.id/fakultas-psikologi-ugm-gencar-perkenalkan-pendekatan-neurosains/

Yuliana Susanti1, S. A. (2023). Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. PSIKOEDUKASI SEBAGAI PREVENSI PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH , 1-10.
The post Keterkaitan Neurosains dengan Perilaku Seksual Remaja dan Faktor yang Mempengaruhinya appeared first on infomalangraya.com.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *