Pasar Ngasem, salah satu tempat wisata yang sangat populer di Kota Yogyakarta, memiliki sejarah panjang dan perubahan yang signifikan. Berlokasi dekat Keraton Yogyakarta dan Taman Sari, pasar ini dikenal sebagai pasar legendaris yang telah beroperasi sejak abad ke-18. Awalnya, Pasar Ngasem merupakan pasar satwa atau pasar burung. Namun, sejak tahun 2010, pasar tersebut mengalami transformasi besar-besaran menjadi sentra kuliner tradisional, khususnya masakan khas Jawa.
Setelah lebih dari sepuluh tahun mengubah wajahnya, Pasar Ngasem kini menjadi pusat wisata dan kuliner yang menarik banyak pengunjung. Pergeseran citra dari pasar burung menjadi pusat kuliner tradisional ini berhasil membuat pasar tersebut semakin diminati baik oleh masyarakat lokal maupun wisatawan. Para pedagang lama yang sebelumnya berada di Pasar Satwa dan Tanaman Hias (Pasty) kini juga telah pindah ke lokasi baru.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, Veronica Ambar Ismuwardani, menjelaskan bahwa Pasar Ngasem ramai dikunjungi oleh wisatawan terutama pada akhir pekan. “Saat akhir pekan, jumlah pengunjung Pasar Ngasem dalam sehari bisa mencapai 4.000 hingga 6.000 orang,” ujarnya pada Senin, 10 November 2025.
Volume Sampah Meningkat Drastis
Meski Pasar Ngasem kini menjadi tujuan wisata dan kuliner yang sukses, kondisi ini juga membawa tantangan tersendiri. Salah satunya adalah meningkatnya volume sampah, terutama dari sisa makanan yang dikonsumsi oleh para pengunjung.
Menurut Ambar, volume sampah di Pasar Ngasem, terutama pada hari Sabtu dan Minggu, kini mencapai hampir 1 ton per hari. Sampah residu rata-rata mencapai 400 kilogram per hari. Angka ini meningkat empat kali lipat dibandingkan saat pasar masih jarang dikunjungi.
Untuk menghadapi situasi ini, diperlukan pengelolaan sampah yang lebih baik. Salah satu langkah yang akan dilakukan adalah memindahkan tempat pemilahan dan pengolahan sampah jauh dari area penjualan agar tidak menimbulkan bau dan lalat yang mengganggu. Pedagang juga diberi kewajiban untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah hingga ke tempat mencuci perabot mereka.
Selain itu, para pedagang diminta menyediakan tiga jenis tempat sampah, yaitu organik, anorganik, dan residu. Tempat-tempat ini akan aktif dipantau agar pengelolaan sampah tetap optimal.
Penanganan Kebersihan yang Lebih Baik
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menekankan pentingnya menjaga kebersihan di Pasar Ngasem. Menurutnya, larisnya kunjungan harus diimbangi dengan pengelolaan kebersihan yang layak. “Terlebih karena pasar ini merupakan tempat kuliner, jangan sampai pasar yang sudah laris ini pamornya turun karena kurang resik (bersih),” ujarnya.
Hasto telah mengumpulkan para pedagang Pasar Ngasem untuk mulai membenahi pengelolaan sampah. Ia meminta para pedagang makanan basah agar tidak membuang sisa makanan di pinggir jalan atau lokasi yang sering dilewati wisatawan. Sebaliknya, sisa makanan harus langsung dimasukkan ke tempat sampah khusus yang disiapkan.
Selain itu, Hasto juga meminta para pedagang untuk mulai menyediakan layanan penjualan online. Hal ini bertujuan agar pembeli tidak terlalu berjubel antre panjang, terutama untuk produk-produk yang sudah dikenal seperti es teler hingga bubur. Dengan demikian, pengelolaan sampah dan kebersihan dapat tetap terjaga tanpa mengurangi kenyamanan pengunjung.







