Kehidupan dan Perjalanan Qarina Fitri Aulia, Duta Kampus UIN Malang
Qarina Fitri Aulia (21) adalah contoh nyata bahwa keberhasilan tidak selalu berasal dari latar belakang keluarga yang mapan. Sebagai mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, ia membuktikan bahwa kesederhanaan tidak menghalangi ambisi dan prestasi. Bahkan, mimpi-mimpi yang sempat tertunda kini menjadi batu loncatan menuju panggung internasional.
Qarina lahir dan besar di Samarinda, Kalimantan Timur, dari keluarga sederhana. Meski tumbuh dengan fasilitas terbatas, bakatnya mulai terlihat sejak dini. Ia aktif dalam berbagai kompetisi, seperti kaligrafi, menggambar, hingga Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). Pada masa SD, ia sering menjuarai berbagai lomba, termasuk dalam cabang Tartilul Qur’an. Di tingkat provinsi, ia bahkan meraih peringkat 5 dan 6 secara berturut-turut.
Di jenjang SMP, Qarina mewakili Kalimantan Timur dalam Ajang Kompetisi Seni dan Sains Madrasah (AKSIOMA) Nasional di Yogyakarta. Meskipun tidak masuk nominasi nasional, pengalaman ini menjadi bekal penting untuk meningkatkan rasa percaya diri. Di SMA, ia semakin aktif dalam berbagai kompetisi, termasuk esai, pidato, storytelling, hingga membuat meme dan melukis.
Namun, di balik segala prestasi tersebut, Qarina memiliki kerinduan mendalam terhadap dunia musik. Ia ingin belajar vokal, piano, dan gitar, tetapi biaya kursus yang mahal membuatnya harus menunda impian itu. Akhirnya, ia hanya bisa mengikuti les Qiro’ah yang membantunya meraih prestasi di MTQ.
Takdir membawanya ke tempat yang tepat. Saat menjadi mahasiswa UIN Malang, ia menemukan unit paduan suara kampus yang menyelenggarakan latihan rutin tanpa biaya. Ini menjadi kesempatan emas yang tidak disia-siakan. Qarina sangat antusias dan memandangnya sebagai les vokal gratis yang selama ini ia idamkan.
Dedikasi dan usaha Qarina membuahkan hasil yang mengejutkan. Lomba pertamanya di Tulungagung langsung meraih gelar Grand Champion. Prestasi itu menjadi awal dari pencapaian internasional. Tim paduan suara UIN Malang yang diperkuat Qarina berhasil meraih Gold Medal di Malaysian International Choral Festival pada kategori Pop & Jazz dan Folklore. Puncaknya, pada Busan Choral Festival 2024 di Korea Selatan, tim kembali membawa pulang Gold Medal di kategori Pop Acapella dan Folklore.
Perjalanan Qarina penuh tantangan. Awalnya, ia harus belajar otodidak dengan alat seadanya. Tidak semua lomba bisa diikuti karena biaya. Jadi, ia memilih lomba yang pendaftarannya gratis. Namun, melalui lomba-lomba yang dibiayai pemerintah, ia bisa merasakan pengalaman berharga, seperti menginap di hotel dan mencoba makan enak.
Mengimbangi kuliah dan latihan paduan suara membutuhkan manajemen waktu yang baik. Qarina menerapkan prinsip sederhana, yaitu memahami skala prioritas. Ia lebih dahulu menyelesaikan tugas berat, sedangkan yang ringan dilakukan di akhir. Ketika lelah, ia punya cara sederhana untuk mengisi ulang energi, seperti bermain game, motoran, atau sekadar berbicara dengan orang terpercaya.
Dukungan orang tua menjadi faktor utama di balik kesuksesan Qarina. Meskipun tidak memiliki pendidikan tinggi, mereka selalu mendorongnya untuk menjadi orang tangguh. Semangat dan dorongan ini tertanam dalam dirinya sejak kecil.
Bagi anak muda lainnya, Qarina memberi saran bahwa yang paling penting adalah jangan ragu mencoba hal baru dan jangan cepat puas. Setiap orang memiliki bakat, hanya saja belum ketemu. Jangan berhenti mencari dan totalitas dalam apa pun yang dilakukan.
Kisah Qarina membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukan penghalang untuk meraih mimpi. Dengan tekad kuat, kerja keras, dan dukungan yang tepat, panggung internasional pun bisa diraih.