Seorang Tukang Batu yang Berjuang untuk Keluarga dan Membawa Nama Gowa ke Panggung Dunia
Saldy, seorang pria berusia 30 tahun, memiliki kisah perjalanan yang luar biasa. Sebagai tukang batu, pekerjaan sehari-harinya sering kali tergantung pada kondisi ekonomi. Jika sedang tidak ada pekerjaan, ia tetap mencari cara untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dengan melakukan pekerjaan apa pun selama halal. Ia harus menghidupi tiga anaknya, Al Madinah (7 tahun), Al Afiah S (6 tahun), dan Muzzammil (3 tahun). Namun, di balik kesibukan sebagai tukang batu, Saldy memiliki mimpi yang tak pernah ia bayangkan akan tercapai: menjadi atlet pencak silat yang mewakili daerahnya di panggung nasional dan internasional.
Kisah Saldy dimulai ketika ia mengikuti kompetisi Tapak Suci di Malang. Di sana, ia bersaing dengan atlet-atlet dari 24 negara dan 24 provinsi di Indonesia. Meskipun kondisi ekonomi yang sempit, Saldy tidak pernah menyerah. Dengan postur tubuh tinggi 175 cm, ia melangkah dengan keyakinan besar. Saat itu, ia mengenakan baju merah dengan garis kuning, sembari mengucapkan lirih, “Saya harus menang. Ini untuk anak-anakku. Ini untuk istriku.”
Pertandingan yang ia jalani tidak mudah. Lawan-lawannya cukup tangguh, seperti dari Banten dan Kalimantan. Namun, Saldy berhasil mengalahkan mereka. Keberhasilannya membuat para pelatih dan official bersorak, bahkan beberapa dari mereka menangis karena rasa bangga. Salah satu pelatih, Rusmanto, Sekretaris Umum Tapak Suci 177 Putra Muhammadiyah Gowa, memberikan dukungan kuat kepada Saldy. Ia berkata, “Luar biasa. Semangat, tunjukkan bahwa kamu bisa mengangkat nama Gowa.”
Meski begitu, impian Saldy untuk masuk final tidak terwujud. Ia kalah di tangan atlet dari Jawa Barat. Kesedihan menyelimuti dirinya, dan ia keluar lapangan dengan kepala tertunduk. Namun, Arifuddin Saeni, Ketua Pimda 177 Putra Muhammadiyah Gowa, memberikan semangat. Ia berkata, “Tidak apa-apa, prestasi ini sudah luar biasa. Tak semua atlet bisa capai seperti ini.”
Saldy sendiri tidak pernah menyangka bahwa namanya akan mencatatkan prestasi di dunia pencak silat. Sebelumnya, hobi utamanya adalah sepak bola. Namun, pertemuan dengan mentor terbaiknya, Sidiq Maulana, mengubah arah hidupnya. Di bawah bimbingan Sidiq, Saldy ditempa dengan latihan intensif. Perlahan, pola permainan dan tekniknya mulai terlihat.
Menurut Sidiq, Saldy memiliki bakat yang luar biasa. Ia mengatakan, “Kami lakukan observasi dan Saldy memiliki bakat yang bisa berkembang di dunia silat.” Dengan latihan yang konsisten dan semangat yang tak pernah padam, Saldy membuktikan bahwa kesuksesan tidak hanya dimiliki oleh orang-orang yang lahir dalam kemewahan.
Kisah Saldy menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia adalah contoh nyata bahwa dengan tekad dan kerja keras, siapa pun bisa meraih impian, meskipun berada di tengah keterbatasan. Dengan keberhasilannya di Tapak Suci, ia tidak hanya membawa kebanggaan bagi keluarganya, tetapi juga untuk daerahnya, Gowa.