[KOLOM] PSSI Jangan Lebai Soal Pemanggilan Pemain di Luar Kalender FIFA

OLAHRAGA288 Dilihat

InfoMalangRaya, Indonesia – Polemik penolakan pelatih terhadap pemanggilan pemain ke timnas U-23 Indonesia terus berlanjut. Terbaru, Erick Thohir, Ketum PSSI, yang mengeluarkan pernyataan keras.

Selasa (15/8/2023), Erick meminta PT LIB memperketat aturan untuk pelatih asing. Pada intinya, mereka harus mendukung kepentingan timnas. Bahkan, dia mengisyaratkan pengetatan izin dari Kementerian Tenaga Kerja.

Dari pernyataan itu, secara tersirat klub-klub wajib melepas pemain ke timnas, baik itu senior maupun junior, termasuk untuk agenda di luar kalender FIFA. Adapun pelatih asing yang membangkang akan didepak.

Indra Eka Setiawan/F5S

Pernyataan itu sungguh lebai dan offside. PSSI terkesan menonjolkan nasionalisme sempit dalam menyikapi masalah pemanggilan pemain di luar kalender FIFA. Mereka menepikan hak yang dimiliki klub.

Sebagai persoalan sepak bola, masalah ini seharusnya dikembalikan pada regulasi FIFA. Dalam regulasi tentang status dan transfer pemain, FIFA hanya mewajibkan klub melepas pemain untuk agenda dalam kalender FIFA.

Jadi, di balik kewajiban melepas pemain saat dibutuhkan timnas, ada juga hak yang dimiliki klub. Mereka berhak menahan pemain andai agenda timnas tidak berlangsung pada kalender FIFA.

PSSI Harus Pahami Hak Klub

Hak dan kewajiban itu harus dipahami dan dihormati oleh semua pihak, baik itu PSSI, klub, pemain, maupun fan. Ini penting agar tidak ada polemik dan debat kusir berlarut-larut seperti saat ini.

Konflik klub vs timnas bukan hanya terjadi di Indonesia. Di negara-negara lain pun begitu. Tak perlu jauh-jauh, tengok saja ke negara tetangga, yakni Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Mereka juga menghadapi masalah yang sama.

Konflik paling ramai adalah saat jelang SEA Games XXXI di Vietnam pada 2022. Kala itu, operator Thai League menegaskan kompetisi tetap berjalan. Konsekuensinya, klub-klub tak mau melepas pemain ke timnas U-23 Thailand.

Facebook Changsuek

Chonburi FC dengan tegas melarang 7 pemainnya membela Thailand di SEA Games. Landasan hukumnya tentu saja regulasi FIFA. Adapun dalih lainnya tentu soal kepentingan klub di kompetisi Thai League.

Penolakan serupa juga pernah dilakukan Buriram FC terhadap timnas U-20 Thailand. Namun, penyebabnya berbeda. Presiden Newin Chidchob menilai kedisiplinan pemain-pemainnya justru menurun sepulang dari timnas U-19.

Menyikapi hal itu, tak ada tekanan bertubi-tubi dari pihak Asosiasi Sepak Bola Thailand (FAT) dan manajer timnas U-23 Thailand kala itu, Nualphan Lamsam. Mereka mengedepankan dialog walaupun hasilnya tidak berubah.

Solusi Sama-Sama Menang

Kiranya PSSI perlu melakukan hal serupa. Terus menyerang pelatih asing yang dituding mempersulit kepentingan nasional tidaklah baik. Justru berpotensi mempertajam dan melebarkan konflik.

Akan lebih elegan dan elok bila Ketum PSSI Erick Thohir, Ketua Badan Tim Nasional (BTN) Sumardji, dan pelatih Shin Tae-yong mengundang para pemilik dan pelatih klub untuk duduk bersama. Jangan lupa pula PT LIB.

Dalam pertemuan itu, secara khusus dibahas soal pemanggilan pemain di luar kalender FIFA. Ada banyak hal dan opsi yang sebetulnya bisa dibahas dan kemudian disepakati bersama.

pssi.org

Pertama, penyampaian agenda timnas beserta targetnya pada ajang-ajang di luar kalender FIFA. Dari situ bisa dilihat kebutuhan materi pemainnya. Jika tak ada target, berarti klub bisa menahan pemain yang termasuk kategori inti di timnas.

Kedua, penetapan kuota pemain yang bisa dipanggil ke timnas. Misalnya, pelatih timnas hanya boleh memanggil maksimal 2 pemain per klub untuk ajang-ajang di luar kalender FIFA.

Ketiga, pembahasan soal kemungkinan menghentikan kompetisi sementara waktu saat timnas berlaga seperti saat ada agenda dalam kalender FIFA. Ini penting jika PSSI keukeuh mewajibkan klub melepas pemain.

Keempat, pembagian tanggung jawab saat ada pemain yang cedera kala membela timnas di luar agenda FIFA. Untuk agenda resmi, FIFA punya program kompensasi. Apakah PSSI akan mengambil alih itu saat timnas berlaga di luar kalender FIFA?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *