Komandan Hay’at Tahrir Al-Syam Diangkat jadi Menteri Pertahanan Suriah

InfoMalangRaya.com—Pemerintah baru Suriah menunjuk Murhaf Abu Qasra, tokoh penting pejuang oposisi yang menggulingkan Bashar al-Assad, sebagai Menteri Pertahanan dalam pemerintahan sementara.

Menurut sumber resmi, Murhaf, yang juga dikenal dengan nama samaran Abu Hassan 600, adalah tokoh senior di kelompok Islam Hay’at Tahrir al-Syam (HTS) yang memimpin kampanye untuk meniru Bashar bulan ini.

Dia mengatakan dia telah memimpin banyak operasi militer selama revolusi Suriah. Sementara itu, menurut kantor berita resmi SANA, pemimpin de facto Suriah, Ahmad al-Sharaa, membahas bentuk baru institusi militer di Suriah dalam pertemuan dengan kelompok lapis baja tersebut, kemarin.

Berdasarkan foto yang dipublikasikan SANA, Murhaf terlihat duduk di samping Ahmed yang juga dikenal dengan nama samaran, Abu Mohammad al-Jaulani.

Perdana menteri sementara, Mohammad al-Bashir, mengatakan pekan ini bahwa Kementerian Pertahanan akan direorganisasi dengan menggabungkan mantan pejuang oposisi dan perwira yang membelot dari tentara Bashar.

Abu Mohammad, yang pernah memimpin pemerintahan HTS di provinsi barat laut Idlib, menyatakan bahwa dia akan memimpin pemerintahan selama tiga bulan. Pemerintahan baru belum mengumumkan rencana untuk saat ini.

Sebelumnya pada Sabtu, SANA melaporkan, Komando Umum pemerintahan baru menunjuk Asaad Hassan al-Shibani sebagai Menteri Luar Negeri.

Sumber di pemerintahan baru menginformasikan bahwa langkah tersebut merupakan respons terhadap aspirasi rakyat Suriah untuk menciptakan hubungan antar negara yang membawa perdamaian dan stabilitas.

Menurut Komando Umum, Asaad Hassan, lulusan Universitas Damaskus berusia 37 tahun, sebelumnya mengepalai departemen politik pemerintahan pejuang oposisi di Idlib.

HTS sebelumnya hanya terbatas di Idlib selama bertahun-tahun sebelum melancarkan serangan pada akhir November, menyapu kota-kota di Suriah barat hingga Damaskus, tempat pasukan rezim menyerah.

Ahmad Al-Sharaa bertemu dengan beberapa perwakilan internasional minggu ini dan menegaskan bahwa tujuan utamanya adalah rekonstruksi dan pembangunan ekonomi, dan mengatakan bahwa dia tidak tertarik untuk memulai konflik baru dengan negara lain.

Pejuang oposisi Suriah mengambil alih Damaskus pada tanggal 8 Desember, memaksa rezim tangan besi Bashar al-Assad melarikan diri setelah lebih dari 13 tahun perang saudara, mengakhiri kekuasaan keluarganya selama puluhan tahun.

Perang tersebut telah merenggut ratusan ribu nyawa, memicu salah satu krisis pengungsi terbesar dalam sejarah modern, menyebabkan kota-kota hancur dan perekonomian lumpuh akibat sanksi global.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *