InfoMalangRaya.com– Komite Darurat Pusat di Jalur Gaza mengeluarkan pernyataan resmi pada Selasa (29/7/2025) yang mengecam klaim pemerintah Mesir mengenai bantuan kemanusiaan dan evakuasi medis besar-besaran dari wilayah Gaza sebagai tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Dalam siaran pers yang diterima sejumlah media internasional, termasuk redaksi hidayatullah.com, komite menyebut bahwa pernyataan berbagai lembaga resmi Mesir—terkait ratusan truk bantuan dan layanan medis yang dikirim melalui perlintasan Rafah—adalah bentuk penyesatan publik yang “memperindah kegagalan menyakitkan” dalam memenuhi kebutuhan dasar lebih dari dua juta warga Gaza yang saat ini hidup di bawah blokade dan agresi militer berkepanjangan.
“Pernyataan-pernyataan itu sama sekali tidak mencerminkan realitas. Angka-angka yang disebutkan tidak tampak di lapangan dan tidak sesuai dengan pengamatan harian kami,” tegas Komite dalam pernyataannya.
Komite juga menyebut bahwa prosedur evakuasi medis hanya mencakup sebagian kecil dari korban yang terluka, dengan sistem birokrasi rumit yang dianggap sebagai bentuk “penghinaan kolektif”. Mereka menegaskan bahwa puluhan ribu warga, termasuk anak-anak dan penyandang disabilitas, masih terjebak tanpa perawatan memadai di tengah kehancuran total fasilitas kesehatan.
“Pernyataan yang menyebut adanya ‘upaya untuk meringankan penderitaan’ pada dasarnya hanya menjadi pembenaran atas kegagalan Mesir dalam menjalankan tanggung jawab kemanusiaan, moral, dan Arab-nya terhadap Gaza,” lanjut Komite.
Kondisi di Jalur Gaza saat ini digambarkan sebagai “bencana total”, dengan tidak adanya air bersih, listrik, infrastruktur, maupun pasokan makanan dan obat yang mencukupi. Komite juga menyoroti penuhnya kuburan, di tengah keterbatasan ambulans dan bahan bakar untuk generator rumah sakit yang masih bertahan.
Empat Tuntutan untuk Mesir
Dalam pernyataannya, Komite Darurat Pusat menyampaikan empat tuntutan utama kepada pemerintah Mesir:
Membuka sepenuhnya dan tanpa syarat perlintasan Rafah untuk bantuan vital.
Menghapus sistem koordinasi rumit yang memperlambat masuknya ambulans, obat-obatan, dan bahan bakar.
Transparansi dalam pelaporan jumlah warga dan bantuan yang keluar-masuk Gaza.
Mengambil sikap tegas dan bermoral sebagai bentuk tanggung jawab nasional dan solidaritas Arab.
“Sudah saatnya Mesir berhenti bersikap sebagai mediator netral dan mulai mengambil posisi moral yang tegas. Gaza membutuhkan tindakan nyata, bukan pernyataan yang menenangkan opini internasional,” ujar Komite.
Komite juga menegaskan bahwa mereka tidak akan menjadi bagian dari narasi yang menyimpang dari realitas penderitaan warga Gaza, dan tidak akan tinggal diam terhadap “pengkhianatan sistematis” terhadap rakyat yang terkepung.
Hingga saat ini, perlintasan Rafah tetap menjadi satu-satunya pintu keluar utama bagi penduduk Gaza ke dunia luar. Namun, akses melalui perlintasan tersebut terus dibatasi dengan alasan keamanan dan koordinasi, sementara kebutuhan kemanusiaan terus melonjak.*