InfoMalangRaya – Prevalensi stunting di Kota Batu berada di angka 13,2 persen. Angka tersebut diperoleh berdasarkan hasil bulan timbang pada Februari 2023 lalu. Pada tahun ini, Pemkot Batu menargetkan angka stunting turun menjadi 10,8 persen.
Berbagai program dicanangkan untuk menekan angka prevalensi stunting di Kota Batu. Salah satunya lewat program Bapak Bunda Asuh (BBAS). Dengan melakukan pendampingan dan upaya kolaboratif dari semua pihak. Lewat program itu, bertujuan untuk memastikan intervensi dalam penanganan stunting telah dilakukan sesuai rencana.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu, drg Kartika Trisulandari menyatakan, dalam penanganan stunting bukan hanya terkait asupan gizi yang harus terpenuhi. Namun juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat.
“Untuk intervensi perbaikan gizi dalam sektor kesehatan hanya memperbaiki 30 persen. Sedangkan intervensi yang pengaruhnya sangat besar adalah dari segi kondisi lingkungan. Dimana pengaruhnya mencapai 70 persen,” ujar Kartika.
Dia menjelaskan, intervensi gizi untuk mencegah stunting yang telah pihaknya lakukan dengan memberikan makanan tambahan gizi untuk ibu dan balita. Kemudian juga melakukan pemantauan di posyandu dan meningkatkan layanan kesehatan untuk ibu dan anak.
Sedangkan untuk intervensi lingkungan, menurut Kartika, diperlukan kerjasama dengan seluruh perangkat desa/kelurahan di Kota Batu. Ini bertujuan untuk memastikan setiap keluarga mendapatkan air yang layak dan sanitasi yang baik.
Dia membeberkan, di Kota Batu, salah satu faktor penyebab stunting berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan disebabkan karena limbah ternak. Itu dikarenakan banyaknya peternak yang membuang limbah ke aliran air.
“Untuk mengatasi permasalahan tersebut kami akan mengedukasi para peternak agar limbahnya tidak dibuang ke aliran air. Dengan memanfaatkan limbah itu menjadi kompos atau biogas,” katanya.
Kata Kartika, stunting bisa diintervensi jika diketahui sejak awal. Namun ketika kondisinya sudah terlanjur lama, kecil kemungkinan untuk bisa sembuh. Meskipun bisa diupayakan dengan melakukan olahraga secara teratur.
“Meski sudah dilakukan upaya tersebut, kemungkinan sembuh masih sangat kecil. Sehingga harus dilakukan deteksi sejak dini. Maka dari itu keberadaan Posyandu dan kedisiplinan orang tua untuk mengontrol anaknya secara rutin sangat perlu,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun sebelumnya, prevalensi stunting terbanyak ada di Puskesmas (PKM) Sisir, prevalensinya mencapai 20,7 persen. Kemudian PKM Batu sebanyak 6,3 persen. Lalu PKM Bumiaji sebanyak 18,3 persen. Untuk PKM Beji 10,5 persen terakhir PKM Junrejo sebanyak 13,7 persen.
Kartika mengutarakan, jika selama tiga bulan seorang balita tak mengalami kenaikan berat badan, hal itu menjadi warning bagi orang tua. Karena dikhawatirkan sang buah hati menderita stunting. Disebabkan karena pola asuh yang salah. Karena kebanyakan orang tua tak mau anaknya rewel. Sehingga makanan apapun diberikan kepada sang buah hati asalkan mau diam.
“Selain itu pernikahan dini juga merupakan salah satu faktor penyebab stunting. Maka dari itu pra nikah sangat diperlukan bagi calon pengantin,” katanya. (Ananto Wibowo)
The post Kondisi Lingkungan Pengaruhi Stunting hingga 70 Persen appeared first on infomalangraya.com.