Konservasi Mangrove di Cuku Nyinyi, Lampung: Upaya Berkelanjutan untuk Lingkungan dan Ekonomi
Holding Industri Pertambangan MIND ID terus menjalankan praktik bisnis yang berkelanjutan. Tujuan utamanya adalah menjaga keseimbangan alam sekaligus mendukung pengurangan emisi karbon menuju target nasional net zero emission. Salah satu kontribusi nyata dari MIND ID terlihat melalui program konservasi mangrove di Ekowisata Mangrove Cuku Nyinyi, Desa Sidodadi, Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Program ini merupakan hasil kolaborasi antara masyarakat dan PT Bukit Asam Tbk. Hingga saat ini, sekitar 30 ribu bibit mangrove telah ditanam dan diperkirakan mampu menyerap hingga 370 ribu kg karbon per tahun. Kawasan seluas 10 hektare ini menjadi lokasi prioritas konservasi khususnya untuk spesies Rhizopora stylosa.
Konservasi mangrove tidak hanya memberikan dampak positif pada lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi bagi warga setempat. Berkembangnya Cuku Nyinyi sebagai destinasi ekowisata membuat masyarakat mulai memperoleh pendapatan baru dari layanan wisata, seperti penyewaan perahu, kuliner lokal, serta pengelolaan fasilitas rekreasi.
Aktivitas ini menjadi sumber penghasilan tambahan bagi keluarga pesisir yang sebelumnya sangat bergantung pada hasil laut. Ketua Pengelola Ekowisata Mangrove Cuku Nyinyi Andi Sofiyan menjelaskan bahwa program konservasi yang dimulai sejak 2018 ini lahir dari keprihatinan terhadap degradasi pesisir. Kolaborasi dengan PTBA kemudian mengubah lahan kritis menjadi kawasan produktif yang memberi manfaat ekologis dan ekonomi.
“Berkat kolaborasi yang solid dengan PT Bukit Asam Tbk, kami berhasil menjadikannya pusat konservasi yang bukan hanya menyerap karbon, tetapi juga melindungi pemukiman warga dari abrasi,” ujarnya.
Selain melindungi pesisir, keberadaan mangrove yang sehat juga memperbaiki ekosistem perikanan. Kawasan Cuku Nyinyi kini menjadi nursery ground bagi berbagai biota laut yang berdampak pada meningkatnya produktivitas perikanan, salah satu mata pencaharian utama masyarakat setempat.
Untuk menjaga keberlanjutan program, masyarakat membangun unit pembibitan mangrove mandiri. Unit ini tidak hanya memasok kebutuhan lokal, tetapi juga memenuhi permintaan bibit dari daerah lain. Keuntungan dari pembibitan dialokasikan kembali untuk operasional konservasi, menciptakan model usaha yang mandiri dan berkelanjutan bagi masyarakat.
“Kami membuktikan konservasi mangrove bukan hanya menanam pohon, melainkan investasi jangka panjang untuk ketahanan iklim, ekosistem pesisir, sekaligus masa depan ekonomi masyarakat,” tambah Andi.

Strategi Nasional dalam Rehabilitasi Mangrove
Upaya yang didukung PTBA sebagai bagian dari MIND ID ini sejalan dengan strategi nasional dalam rehabilitasi mangrove pemerintah. Direktur Rehabilitasi Mangrove Ditjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan Kemenhut Ristianto Pribadi menyampaikan bahwa Indonesia telah merehabilitasi lebih dari 165 ribu hektare kawasan mangrove. Total luas ekosistem mangrove Indonesia saat ini mencapai 3,44 juta hektare, atau sekitar 23 persen dari total global.
“Upaya ini bukan hanya untuk menjaga keseimbangan ekosistem pesisir, tetapi juga bagian dari strategi nasional menuju FOLU Net Sink 2030,” ujar Ristianto. Ia menambahkan bahwa inisiatif kolaborasi, termasuk kerja sama internasional, akan memperkuat pengelolaan mangrove dan pengembangan blue carbon sebagai bagian dari komitmen iklim global.
Upaya konservasi di Cuku Nyinyi menjadi contoh konkret bagaimana sinergi triple helix yang didukung oleh anggota MIND ID dapat menciptakan solusi yang berdampak positif bagi lingkungan, ekonomi, dan masyarakat.








