Meme Anomali: Tantangan dan Peluang dalam Pengasuhan Anak
Di tengah perkembangan teknologi digital yang pesat, anak-anak kini semakin terpapar berbagai jenis konten di internet. Salah satu yang sedang viral adalah karakter anomali seperti Tung Tung Tung Sahur atau Ballerina Cappuccina. Konten-konten ini sering kali menarik perhatian anak-anak karena sifatnya yang lucu dan tidak biasa.
Namun, terlalu sering menonton konten meme anomali bisa menyebabkan efek negatif. Banyak orang khawatir hal ini dapat memengaruhi perkembangan otak anak, bahkan disebut sebagai “brain rot”. Meski begitu, psikolog klinis anak dan remaja dari Layanan Psikologi JEDA di Bandar Lampung, Nanda Erfani Saputri, M.Psi., mengatakan bahwa tidak semua konten tersebut selalu buruk jika dikelola dengan baik.
Manfaat Meme Anomali dengan Pengawasan Orangtua
Nanda menjelaskan bahwa orangtua dapat memanfaatkan meme anomali sebagai alat stimulasi untuk anak. Dengan memandu anak dalam menonton, orangtua bisa menciptakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan berpikir anak. Misalnya, mereka bisa mengajak anak menebak apa yang dimaksud dari sebuah karakter atau mengidentifikasi hal-hal yang tidak logis dalam konten tersebut.
“Kita bisa ajak anak tebak-tebakan, misalnya ini apa dan apa,” ujarnya saat dihubungi. Dengan cara ini, anak diajak untuk lebih aktif berpikir dan mengembangkan logika mereka sendiri.
Pentingnya Pengawasan Orangtua
Meskipun memiliki potensi positif, sebagian besar konten meme anomali tidak cocok untuk anak-anak. Banyak dari konten tersebut mengandung narasi yang tidak sesuai usia, seperti isu perselingkuhan, pembunuhan, atau hal-hal yang berbau seksual. Oleh karena itu, pengawasan orangtua sangat penting sebelum anak menonton konten tersebut.
Orangtua disarankan melakukan screening terhadap konten yang akan ditonton oleh anak. Lebih baik lagi jika orangtua menemani anak dalam menonton. Tanpa pendampingan, anak bisa kesulitan membangun nalar dan mengembangkan kemampuan berpikir logis.
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis
Selain itu, orangtua juga bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan komunikasi dengan anak. Dengan bertanya pertanyaan-pertanyaan kritis, anak diajak untuk mempertanyakan kebenaran dari suatu gambar atau narasi.
Contohnya, orangtua bisa bertanya, “Masa hiu punya kaki? Hiu pakai sepatu? Gajah aslinya kayak bagaimana?” Pertanyaan seperti ini membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan membedakan antara fakta dan imajinasi.
Anak juga bisa diajak untuk memahami bentuk asli dari karakter anomali tersebut. Misalnya, Tung Tung Tung Sahur sebenarnya berasal dari pentungan, sedangkan Ballerina Cappuccina merupakan gabungan antara ballerina dan cangkir berisi kopi.
Menyeimbangkan Teknologi dan Perkembangan Anak
Perkembangan teknologi digital memang tidak bisa dihindari. Namun, orangtua perlu memastikan bahwa anak tidak hanya mengakses informasi secara pasif, tetapi juga mampu memproses dan memahami apa yang mereka lihat.
Nanda menegaskan bahwa tidak mungkin bagi orangtua untuk sepenuhnya melindungi anak dari semua konten di internet. Anak mungkin tidak tahu tentang meme anomali di rumah, tetapi bisa saja mengetahuinya dari teman-temannya di sekolah.
Oleh karena itu, keseimbangan antara penguasaan teknologi dan pengembangan mental serta emosional anak menjadi sangat penting. Orangtua perlu menunjukkan kebijaksanaan dan ketegasan dalam mengatur akses anak terhadap konten internet. Dengan pendekatan yang tepat, anak tidak hanya bisa menikmati dunia digital, tetapi juga berkembang menjadi individu yang kritis dan sadar.