Close Menu

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    What's Hot

    IMR – Warga Bantu Polisi, Terima Penghargaan

    1 Juli 2025

    Cover Harian IMR – Selasa, 01 Juli 2025

    1 Juli 2025

    Jam Malam Anak Surabaya Dimulai, Bonceng Tiga dan Pacaran di Taman Siap-Siap Kena Razia

    1 Juli 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
    Trending
    • IMR – Warga Bantu Polisi, Terima Penghargaan
    • Cover Harian IMR – Selasa, 01 Juli 2025
    • Jam Malam Anak Surabaya Dimulai, Bonceng Tiga dan Pacaran di Taman Siap-Siap Kena Razia
    • Cover Harian IMR – Selasa, 01 Juli 2025
    • Cover Harian IMR – Selasa, 01 Juli 2025
    • Cover Harian IMR – Selasa, 01 Juli 2025
    • Jangan biarkan AI menjalankan mesin penjual otomatis
    • Van Basty Sousa Resmi Perkuat Persija, Gelandang Brasil yang Kaya Pengalaman
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
    Info Malang RayaInfo Malang Raya
    • LIPUTAN KHUSUS
    • MALANG RAYA
      • KOTA MALANG
      • KABUPATEN MALANG
      • KOTA BATU
    • JAWA TIMUR
    • NASIONAL
    • OLAHRAGA
    • RAGAM
      • TEKNOLOGI
      • UNDANG-UNDANG
      • WISATA & KULINER
      • KOMUNITAS
      • IMR ENGLISH
    • OPINI
    • COVER HARIAN IMR
    • LOGIN
    Info Malang RayaInfo Malang Raya
    • LIPUTAN KHUSUS
    • MALANG RAYA
    • KOTA MALANG
    • KABUPATEN MALANG
    • KOTA BATU
    • JAWA TIMUR
    • NASIONAL
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
    • OPINI
    • RAGAM
    • KOMUNITAS
    • WISATA & KULINER
    • KAJIAN ISLAM
    • TEKNOLOGI
    • UNDANG-UNDANG
    • INFO PROPERTI & LOWONGAN KERJA
    • TIPS & TRIK
    • COVER HARIAN IMR
    • IMR TV
    • LOGIN
    Home»INTERNASIONAL»Korsel Dihantui Angka Pernikahan dan Kelahiran, Pementah Sampai Urusi Kencan Warga
    INTERNASIONAL

    Korsel Dihantui Angka Pernikahan dan Kelahiran, Pementah Sampai Urusi Kencan Warga

    By admin5 Januari 2025
    Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email Copy Link
    minat menikah menurun di Korea Selatan pemerintah jadi mak coblang perjodohan

    Pernikahan dan angka kelahiran rendah menghantui Korea Selatan (Korsel). Biro jodoh naik daun bahka pemerintah jadi ‘Mak Comblang’ mengurusi kencan warga

    InfoMalangRaya.com | MIN Jung sudah menjalani tiga tahun pacaran dengan kekasihnya ketika pacarnya memberi tahu perempuan tersebut bahwa dia tak ingin menikah. Min Jung sangat terpukul kala itu.

    “Saya selalu berpikir kami akan menikah suatu saat nanti,” katanya dikutip BBC.

    “Saya sedang berbaring di tempat tidur dan main ponsel ketika saya melihat iklan biro jodoh, dan saya berpikir, ‘Mengapa tidak?’”

    Keputusan impulsif itu membawa perempuan berusia 30 tahun tersebut berjumpa dengan Tae Hyung, yang kini menjadi suaminya.  Pengantin baru ini sudah memasuki bulan keempat pernikahan mereka.

    Mereka mengaku bahwa hubungan mereka bukanlah cinta pada pandangan pertama, namun keduanya mengaku merasa klop satu sama lain.

    “Saat itu ada pesta yang digelar kantor sebelumnya, saya datang ke kencan kami dalam kondisi pengar, jadi saya tidak dalam kondisi terbaik saat pertama kali bertemu istri saya,” kenang Tae Hyungs.

    “Tapi saya menyukai senyumannya; kami asyik mengobrol, ” ujarnya. “Saya ingin kesempatan kedua. Saya harus bekerja keras memberinya kesan yang lebih baik tentang saya setelah kencan pertama itu.”

    Biro jodoh Korea Selatan mengatur tiap detail kencan pertama klien mereka.  Namun sebelum itu, mereka mengumpulkan informasi pribadi dari masing-masing klien mereka.

    Rincian informasi pribadi seperti usia, pekerjaan, aset keuangan, dan latar belakang keluarga perlu diisi. Klien kemudian dinilai berdasarkan profil mereka.

    Misalnya, klien yang berstatus sebagai dokter atau pengacara cenderung mendapat peringkat tertinggi dalam daftar bidang pekerjaan klien.

    Sementara pekerja kantoran di perusahaan besar mendapat peringkat di bawahnya.

    Akan tetapi, beberapa orang menganggap sistem penilaian ini bermasalah karena dianggap materialistis dan terlalu mementingkan status sosial.

    Namun bagi Min Jung, menemukan seseorang yang “mirip” dengannya adalah hal yang penting.

    Demikian halnya bagi Tae Hyung, yang berharap informasi yang dia berikan kepada mak comblang akan memungkinkan mereka menemukan seseorang yang cocok dengannya. Dan, biro melakukan tugasnya dengan baik.

    Min Jung dan Tae Hyung, keduanya adalah pekerja kantoran di Seoul, kini membuka babak baru dalam hidup mereka—tidak hanya dalam pernikahan, tetapi juga sebagai salah satu pemilik toko wine.

    “Hidup saya akan jadi membosankan sebagai pekerja kantoran dengan rutinitas sehari-hari,” kata Tae Hyung sambil memegang tangan istrinya.

    “Tetapi sekarang, saya melakukan sesuatu yang baru dan membangun kehidupan bersama istri saya—itu sangat menyenangkan.”

    Perjodohan naik daun di Korsel

    Biro jodoh pernikahan sedang booming di Korea Selatan, dengan hampir 1.000 agen yang beroperasi di seluruh negeri pada 2024. Dari ribuan biro jodoh, banyak yang mencapai rekor penjualan.

    Kami berbicara dengan beberapa biro jodoh, yang memberi tahu kami bahwa aktivitas mereka telah meningkat sebesar 30% selama beberapa tahun terakhir, dan jumlah remaja lajang yang menggunakan layanan mereka terus meningkat.

    “Lebih sedikit peluang untuk pertemuan alami selama Covid berarti lebih banyak orang beralih ke perjodohan,” kata Han Ki Yeol, wakil presiden biro jodoh kelas atas N.Noble.

    Dia menambahkan bahwa keberhasilan “klien Covid” ini menunjukkan adanya “pergeseran persepsi” yang membantu mendorong pertumbuhan biro jodoh.

    “Dulu, anak muda mengira biro jodoh ini diperuntukkan bagi mereka yang gagal menikah,” katanya.

    “Sekarang, mereka melihatnya sebagai cara untuk menemukan seseorang yang sesuai dengan kebutuhan mereka.”

    Seorang dokter berusia 32 tahun yang merupakan klien dari salah satu biro jodoh, dan meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan banyak temannya telah mendaftar untuk layanan tersebut.

    “Dulu saya berpikir negatif tentang biro jodoh ini, tapi sekarang semuanya terasa normal,” katanya.

    Keterangan gambar, Kesempatan bertemu yang lebih sedikit selama pandemi Covid-19 dan perubahan persepsi telah mendorong maraknya perjodohan pernikahan di Korsel

    “Kencan buta yang dirancang oleh teman-teman terlalu membebani saya. Sulit untuk menolak seseorang ketika Anda memiliki hubungan pertemanan. Biro jodoh mengapus beban itu.”

    Namun bahkan mereka yang sudah sukses pun bisa menganggap prosesnya tidak bersifat pribadi, dengan terlalu menekankan pada status sosial. Min Jung mengenang hari pertama dia memberi tahu orang tuanya bahwa dia mendaftar ke biro jodoh.

    “Rasanya agak memalukan, persepsi umum mengenai penggunaan biro jodoh tidak terlalu positif,” katanya. “Misalnya, rasanya seperti orang-orang dinilai berdasarkan profilnya dan menikah tanpa cinta,” tambah dia.

    Dan perjodohan tidak berhasil untuk semua orang. Biaya penggunaan agen adalah alasan lain mengapa klien merasa tertekan.

    Biaya yang berkisar dari US$1.400 (setara Rp22 juta) hingga US$5.600 (setara Rp90 juta) bisa membuat orang ragu untuk mendaftar ke layanan ini atau lambat mendaftar ulang untuk mengatur tanggal kencan tambahan setelah mereka bergabung.

    Seorang guru berusia 36 tahun, yang juga meminta untuk tidak disebutkan namanya, pernah menggunakan salah satu biro jodoh sepuluh tahun yang lalu, namun tidak menemukan orang yang cocok.

    “Orang-orang yang saya temui melalui biro jodoh adalah orang-orang dengan kekurangan yang signifikan, atau memiliki profil yang sempurna namun memiliki standar yang sangat tinggi,” kenangnya.

    “Itu terlalu membuat frustrasi.”

    Kencan kilat difasilitasi pemerintah

    Menurunnya angka pernikahan dan kelahiran telah lama menjadi masalah di Korea Selatan. Meskipun layanan perjodohan meningkat baru-baru ini, angka pernikahan masih berada pada rekor terendah.

    Pada 2023 silam, jumlah pernikahan turun 40% dibandingkan satu dekade lalu.

    Tingkat kesuburan total di negara ini—jumlah rata-rata anak yang dimiliki seorang perempuan pada masa reproduksinya—mencapai titik terendah sepanjang masa yaitu 0,72. Itu adalah angka terendah di dunia.

    Para pakar mengaitkan angka-angka ini dengan jam kerja yang panjang di Korea Selatan, yang pada 2017 merupakan yang tertinggi kedua secara global setelah Meksiko.

    Keseimbangan membagi waktu dan energi antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang buruk, harga rumah yang tinggi, dan biaya perawatan anak yang mahal juga mempersulit perempuan untuk kembali bekerja setelah melahirkan.

    Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengatakan bahwa tingkat kesuburan total suatu negara harus berada di sekitar 2,1 untuk mempertahankan populasi yang stabil.

    Dalam upaya untuk meningkatkan tingkat kesuburan, pemerintah Korea Selatan terpaksa turun tangan.

    Kini mereka berperan sebagai mak comblang, mengatur acara kencan kilat untuk membantu warga Korsel menemukan cinta.

    Seongnam, sebuah kota di tenggara Seoul, baru-baru ini menjadi tuan rumah acara tersebut untuk ketujuh kalinya tahun ini.

    Sebanyak 100 remaja lajang, berusia sekitar 27 hingga 39 tahun, dan tinggal di Seongnam, berkumpul di sebuah pub yang dipenuhi musik, permainan, makanan, dan minuman.

    Peserta ini dipilih melalui sistem undian dari kumpulan pelamar. “Saya datang ke sini tanpa berpikir panjang, tapi sekarang saya merasa gugup,” kata Mu Jin, 32 tahun, seorang peserta.

    “Saya bisa merasakan jantung saya berdebar kencang,” tambahnya.

    Seperti kebanyakan orang, dia mengaku sulit menemukan pasangan begitu setelah mulai bekerja.

    “Pekerjaan saya terlalu sibuk, dan sekarang saya sudah melewati usia 30 tahun, tidak ada waktu atau tempat untuk bertemu orang baru,” katanya.

    “Tetapi kota ini telah memberikan peluang bagus untuk itu.”

    Walikota Seongnam mengatakan acara kencan kilat semakin populer setiap kali diselenggarakan Meski digelar oleh pemerintah, acara tersebut berlangsung meriah dan santai.

    Peserta didorong untuk bergerak di sekitar ruangan, melakukan tos ketika mereka bertemu orang baru dan berpegangan tangan saat mereka berbicara. Tuan rumah memberikan petunjuk dan pertanyaan untuk membuat orang terus berbicara.

    Yoo Sun, perempuan berusia sekitar 30 tahun, datang ke acara tersebut dengan harapan bisa menemukan pasangan.

    “Bila Anda memiliki kelompok besar seperti ini—100 orang—agak sulit untuk membentuk koneksi yang mendalam, namun ini merupakan peluang besar untuk bertemu orang-orang,” katanya.

    Pemerintah Korsel mengeklaim acara ini sangat sukses. Laporan tersebut memberi tahu kami bahwa 43% orang yang hadir menemukan pasangannya dan dua pasangan telah menikah.

    Sung Jin, yang ambil bagian dalam acara yang diselenggarakan pemerintah, mengatakan: “Tidak mudah untuk menyelenggarakan acara seperti ini, tapi ini juga menunjukkan bahwa ada masalah sosial di baliknya.”

    Pemerintah Korsel juga telah mengatasi tantangan demografi dengan menawarkan dukungan penitipan anak dan pinjaman perumahan berbunga rendah untuk pengantin baru.

    “Selama 20 tahun terakhir, setiap kebijakan untuk menaikkan angka kelahiran telah gagal,” kata senior Shin Sang Jin.

    “Itulah mengapa kami mencoba membantu generasi muda untuk bertemu.”

     Akan tetapi, ada pula yang berpendapat bahwa pemerintah kini telah melampaui batas dengan mencampuri kehidupan pribadi masyarakat.

    Mereka mengatakan isu-isu seperti mendukung perempuan kembali bekerja dan mengatasi biaya hidup yang tinggi harus menjadi prioritas utama.

    “Di akhir usia 20-an dan awal 30-an, kita sedang membangun karier, namun masyarakat menekan kita untuk memulai keluarga pada usia 35,” kata Min Jung, yang kini berusia sekitar 30 tahun.

    “Dengan adanya tantangan di tempat kerja, seperti kehilangan pekerjaan setelah cuti melahirkan, seruan untuk menikah dan memiliki bayi terasa tidak meyakinkan.”

    Perempuan ini menambahkan: “Bagi banyak orang, menurunnya angka pernikahan dan kelahiran dipandang sebagai masalah sosial, bukan tanggung jawab pribadi.”

    “Tanpa menyelesaikan masalah ini, hanya mengatakan bahwa orang harus menikah atau punya bayi terasa kurang pas.”

    Suaminya, Tae Hyung, juga mengatakan bahwa pernikahan sepenuhnya merupakan pilihannya sendiri: “Saya menjalani kehidupan yang bahagia, menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama istri saya.

    “Tetapi saya menikah karena saya ingin, bukan karena tekanan masyarakat.”* BBC

    Jumlah Pembaca: 84

    Angka dan dihantui kelahiran kencan Korsel Pementah pernikahan sampai Urusi Warga
    Share. Facebook Twitter WhatsApp Telegram Email Copy Link

    Berita Terkait

    Kartel Narkoba Meksiko Menggila, Mayat-mayat Tak Berkepala Ditemukan di Sinaloa

    1 Juli 2025

    Karikatur Nabi Muhammad Picu Kemarahan Masyarakat, Turki Tangkap Kartunis

    1 Juli 2025

    Berikut semua fitur dan peningkatan baru untuk sistem operasi iPhone baru

    1 Juli 2025
    Leave A Reply Cancel Reply

    banner 300250
    banner 300250
    banner 250250
    Search
    BERITA POPULER

    Bupati Malang Hadiri Kanjuruhan Street Race Edisi 13

    30 Maret 20240

    Ironi Psywar: Arema FC yang Dulu Dilecehkan, Kini Justru Menendang PSS Sleman

    24 Mei 20250

    10 Aplikasi Musik Tanpa Iklan Terbaik, Diunduh Jutaan Pengguna!

    25 April 202436

    Pantun Pj. Walikota Malang Bikin Suasana Meriah di Acara Malang Raya Shopping Adventure 2024

    1 April 20242
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
    • DISCLAIMER
    • INDEX BERITA
    • PEDOMAN MEDIA SIBER
    • REDAKSI
    © 2016 Infomalangraya. Designed by Mohenk.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.