Pengalaman Menikmati Kuliner Khas Lasem dan Sekitarnya
Bepergian ke Lasem tidak hanya tentang melihat budaya dan sejarah yang kaya, tetapi juga kesempatan untuk mencicipi berbagai kuliner khas yang menggambarkan akulturasi antara budaya Tionghoa dan Jawa. Dalam perjalanan ini, kami ditemani oleh seorang teman asli Lasem, sehingga memudahkan pencarian makanan khas tanpa harus bersusah payah mencari sendiri.
Salah satu hidangan pertama yang kami nikmati adalah nasi pindang, masakan khas yang disajikan oleh istri teman kami. Nasi pindang terdiri dari kuah santan berwarna coklat yang berasal dari kluwak, dicampur dengan daun so atau melinjo, daging sapi, dan kikil. Untuk menambahkan rasa, ada juga udang goreng tepung. Rasa nasi pindang ini sedikit berbeda dibandingkan dengan kuliner dari Kudus karena menggunakan daging kerbau.
Setelah merasa kenyang, kami masih sempat membeli camilan khas Lasem di sebuah toko kue. Beberapa camilan yang kami beli antara lain Yopia dan Kacang Tis. Yopia merupakan kue kering berkulit tipis dengan isi gula Jawa di dalamnya, sedangkan Kacang Tis adalah kacang goreng dengan bumbu khas Lasem. Teman kami menantang kami untuk mencoba Lontong Tuyuhan, yaitu lontong yang disiram dengan sayur berkuah kuning seperti kuah opor. Konon, hidangan ini berasal dari desa Tuyuhan.
Keesokan harinya, kami diajak menikmati kuliner Kelo Merico, yaitu masakan berkuah dengan isian ikan kakap dan potongan buah pepaya serta bumbu merica yang kuat. Selain itu, kami juga mencoba Urap Latoh, sayuran yang dimasak urap dan dicampur rumput laut Latoh. Sambel Pe, yaitu ikan pari panggang yang diasap, juga menjadi salah satu hidangan yang sangat enak dan pedas.
Semua hidangan tersebut kami nikmati di Warung Apung, tempat yang cukup nyaman untuk menikmati makanan khas Lasem. Di sore hari, kami mencoba Kopi Lasem yang dikenal dengan nama Kopi Lelet. Kopi ini terbuat dari biji kopi pilihan dan memiliki rasa yang khas. Salah satu keunikan Kopi Lelet adalah cara penyajiannya, di mana ampas kopi dileletkan atau disentuhkan pada rokok, bahkan kadang dilukis, baru kemudian diisap. Hal ini memberikan sensasi rasa kopi pada setiap isapan.
Menurut teman kami, masih banyak lagi kuliner khas Lasem yang belum sempat kami coba karena sudah kekenyangan. Misalnya, Dumbeg, camilan yang terbuat dari tepung beras dengan isi gula merah dan dibungkus daun lontar. Ketan Jinghe, yaitu ketan yang dimasak dengan santan dan disajikan dengan berbagai lauk. Serta Soto Kemiri, soto ayam dengan bumbu kemiri yang kuat.
Selain Lasem, kami juga melakukan perburuan kuliner di Rembang, yang lokasinya cukup dekat. Hidangan khas Rembang seperti Lontong Tahu dan Sate Srepeh, yaitu sate ayam yang disiram bumbu kacang cair yang halus karena diblender terlebih dahulu. Minuman khas Rembang adalah sirop dari buah Kawis yang segar dan bisa dinikmati dengan es. Saat ini, minuman Kawis juga tersedia dalam bentuk siap minum di toko oleh-oleh.
Semoga pengalaman kami dalam menikmati kuliner khas Lasem dan sekitarnya cukup lengkap. Jika pembaca menemukan kuliner lain yang patut dicoba, silakan tambahkan sebagai rekomendasi.