Infomalangraya –
IMR, Malang : Berada di balik jeruji besi tahanan tak menjadi penghalang bagi sejumlah warga binaan Lembaga Pemasyaraktan (Lapas) Perempuan Malang untuk berkarya. Bahkan puisi ciptaan sejumalah warga binaan kini telah dibukukan dan dicetak massal. Buku antologi puisi yang berjudul “Aku Merdeka dan Jendela Berbingkai Baja” ini diluncurkan di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Malang pada Rabu (7/2/2024). Para warga binaan ini lihai menulis puisi dibimbing oleh akademisi yang tergabung dalam Lembaga Kebudayaan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kepala Lembaga Kebudayaan UMM, Dr. Daroe Iswatiningsih memberikan apresiasi pada warga binaan Lapas Perempuan Malang yang antusias terhadap literasi ini. Bahkan sejak tahun 2019 hingga sekarang berhasil membuahkan tiga buku. “Kami berharap ke depan bisa disusul dengan karya yang lain,” katanya.Kepala Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Malang, Yunengsih berterima kasih dengan atas kepedualian UMM karena telah membumbing warga binaan sehingga bisa melahirkan buku yang menjadi wadah inspirasi mereka selama di dalam lapas.“Saya baca bukunya berisi ungkapan hingga penyesalan dalam diri warga binaan yang tertuang menjadi puisi. Kami berharap dengan adanya kerjasama berkelanjutan akan menghasilkan karya yang lebih baik lagi,” tuturnya.Ia menilai, warga binaan lapas justru merasa lebih tenang ketika menuangkn pemikiran mereka dalam tulisan.“Saya yakin dengan menulis beban pikiran jadi lebih tenang. Buku ini karya 40 warga binaan, dimana terdapat 113 puisi yang merepresentasikan opini dan perasaan mereka,” ungkapnya. mengapresiasi UMM yang telah membantunya dan warga binaan lain dengan memberikan media untuk menulis.“Saya sudah bisa menulis di buku pertama dengan puisis berjudul Merdekaku Sesederhana itu. Ini tematik karena saya tulis di momen kemerdekaan RI,” ujarnya.“Kemudian di buku kedua saya menuliskan tentang ungkapan hati saya yang terbelenggu, karena saya tidak bisa menyentuh anak sekian lama, sebab masa hukuman saya cukup lama. Ke depan saya ingin terus menulis dan menghasilkan karya,” sambungnya. Salah seorang warga binaan, Fransisca