InfoMalangRaya, Indonesia – Sepanjang kariernya hingga akhir musim lalu, Kylian Mbappe hanya berkiprah di Prancis. Pertama-tama, dia membela AS Monaco, lalu pindah ke Paris Saint-Germain. Baru pada musim depan dia akan berkelana di luar Prancis dengan hijrah ke Real Madrid.
Itu bukan berarti Mbappe tak pernah punya kesempatan berkiprah di luar negeri. Sebelum membela tim senior Monaco, penyerang yang kini jadi kapten timnas Prancis itu ternyata hampir saja bergabung dengan klub Jerman, RB Leipzig. Hal itu diungkap Ralf Rangnick, pelatih timnas Austria, jelang pertemuan dengan Prancis pada fase grup EURO 2024.
“Saya sudah tahu Kylian sejak dia berumur 15 atau 16 tahun. Saya sudah mengontrak dia untuk Leipzig pada saat itu. Ayahnya berkata kepada saya, ‘Oke, saya akan memberimu anak itu hanya jika Anda sendiri yang melatihnya,” urai Ralf Rangnick soal Kylian Mbappe seperti dikutip InfoMalangRaya dari Laola1.
Itu jadi titik kegagalan Mbappe ke Leipzig. “Saat itu, saya sama sekali tak punya keinginan melakukan hal itu (menjadi pelatih lagi). Itu Februari. Empat bulan kemudian, saya menjadi pelatih (Leipzig). Namun, mengontrak dia sudah tak mungkin lagi karena sudah bermain di tim utama Monaco,” kata Rangnick.
Pujian untuk Kylian Mbappe
Kegagalan transfer Kylian Mbappe itu tentu saja jadi kenangan lucu dan pahit bagi Ralf Rangnick. Andai saja tahu akan menggantikan Achim Beierlorzer, mungkin dia akan meminta ayah Mbappe untuk menunggu hingga akhir musim. Dengan kesepakatan awal, Leipzig tentu bisa mendapatkan sang bintang muda.
Kini, Rangnick hanya bisa menikmati kehebatan Mbappe sebagai lawan. Itu pula yang akan tersaji di Merkur Spiel-Arena saat timnas Austria menghadapi timnas Prancis di Grup D EURO 2024. Rangnick mengakui Mbappe adalah pemain yang sangat berbahaya karena punya kemampuan istimewa.
“Dia saat ini salah satu penyerang terbaik di dunia, bersama Erling Haaland,” ujar pelatih berumur 65 tahun yang pernah menjadi manajer karetaker Manchester United itu lagi. “Kami harus bertahan dengan baik sebagai tim sehingga dia tak sering mendapatkan bola. Dia butuh bola untuk menunjukkan permainan terbaiknya.
Rangnick optimistis para pemain Austria akan dapat melakukan hal itu karena punya pengalaman serupa. “Kami telah melakukannya terhadap Leroy Sane saat melawan Jerman dan harus melakukannya lagi nanti,” ucap pelatih yang membawa FC Schalke 04 ke semifinal Liga Champions 2010-11 itu.