Infomalangraya – BATU – Para petani di Kota Batu harus mengubah mindset tentang pertanian. Misalnya soal lahan yang sempit mereka anggap sebagai kendala utama, hal tersebut harus diubah. Karena lahan sempit sejatinya bukan halangan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Moh Nurkholis, seorang petani milenial sekaligus pengelola Batu Urban Farming. Dia menuturkan, sejak tahun 2017 silam, Batu Urban Farming didirikan di lahan yang sempit. Pertanian yang menjadi program ketahanan pangan Desa Pesanggrahan itu sebagai sarana edukasi pembelajaran berbasis pertanian modern dengan metode hidroponik. “Ibaratnya sebuah ruang yang menjembatani sekolah atau perguruan tinggi untuk bisa belajar secara langsung di bidang pertanian,” ucapnya pria yang berusia 36 tahun ini.
Menurut dia, lahan yang sempit tidak menjadi kendala untuk bertani. Karena, dengan adanya sentuhan pertanian modern, lahan sempit bisa dijadikan area bercocok tanam di perkotaan. “Intinya, jangan malu berinovasi di bidang pertanian yang semakin maju, mandiri, dan modern,” jelas Kholis.
Perlu diketahui, Batu sebenarnya berpotensi untuk menjadi kota wisata berbasis pertanian. Tetapi, komoditas seperti sayuran nilai jualnya rendah di pasaran. Menanggapi terkait hal ini, dia menerangkan, pendampingan dari pemerintah pusat seharusnya dapat didapatkan oleh petani melalui pemerintah daerah. PR-nya adalah menggencarkan pendampingan rutin kepada para petani di Kota Batu.
“Tetapi tidak menutup kemungkinan, perlunya perbaikan juga di sektor jual dari petani. Untuk itu, pemerintah dan petani harus bersama-sama bergerak maju,” pungkasnya. (ifa/lid).