InfoMalangRaya.com– Pemerintah Amerika Serikat kehilangan $200 miliar lewat program penanggulangan dampak Covid-19.
Sedikitnya 17% dari seluruh dana berkaitan dengan bantuan pemerintah terkait dampak Covid-19, skema Economic Injury Disaster Loan (EIDL) dan Paycheck Protection Program (PPP), justru dicairkan kepada pelaku yang berpotensi melakukan penipuan, menurut laporan yang dirilis hari Selasa (27/6/2023) oleh kantor inspektorat jenderal yang mengawasi U.S. Small Business Administration (SBA).
Selama masa pandemi, SBA mencairkan sekitar $1,2 triliun dana EIDL dan PPP.
SBA menpertanyakan angka $200 miliar yang disodorkan kantor inspektorat jenderal dan menilai lembaga itu sangat berlebihan.
SBA mengatakan pakar-pakanya memperkirakan potensi penipuan hanya sekitar $36 miliar dan menambahkan bahwa lebih dari 86% dari dugaan penipuan itu terjadi pada 2020, di era Presiden Donald Trump. Presiden Joe Biden baru menjabat mulai Januari 2021, lapor Reuters.
Penipuan menurut estimasi kantor inspektorat jenderal untuk dana EIDL mencapai lebih dari $136 miliar, sementara dana PPP diperkirakan $64 miliar.
Amerika Serikat menyelidiki banyak kasus penipuan berkaitan progam bantuan pemerintah. Pada Mei 2021, Jaksa Agung Merrick Garland meluncurkan COVID-19 Fraud Enforcement Task Force.
Tahun lalu, Departemen Kehakiman AS menunjuk jaksa federal Kevin Chambers untuk memimpin penyelidikan dugaan skema penipuan yang bermaksud menipu program bantuan pandemi pemerintah.
Pada September 2022, inspektorat jenderal untuk Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan para penipu diduga menilep $45,6 miliar dari program asuransi pengangguran semasa pandemi Covid-19 dengan cara antara lain menggunakan nomor Social Security orang yang sudah meninggal dunia.
Juga pada bulan September, jaksa federal mendakwa puluhan terdakwa, yang dituduh mencuri $250 juta dari program bantuan pemerintah yang seharusnya untuk biaya makan anak-anak yang membutuhkan selama pandemi.
Awal tahun ini, sebuah laporan lembaga pengawas lain mengatakan pemerintah AS sepertinya menyalurkan sekitar $5,4 miliar dalam bentuk bantuan Covid-19 ke orang pemegang nomor Social Security bermasalah.*