InfoMalangRaya.com – Lebih dari 2,2 juta warga Suriah, termasuk pengungsi internal dan pengungsi yang kembali dari luar negeri, telah kembali ke negara asal mereka dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini diungkap oleh PBB dalam laporannya hari Senin (28/07/2025).
“Hingga pertengahan Juli, lebih dari 1,5 juta pengungsi internal telah kembali ke daerah asal mereka, bersama dengan sekitar 700.000 pengungsi yang kembali dari luar negeri, dengan tingkat kepulangan yang sedikit meningkat selama musim panas dan akhir tahun akademik,” kata Edem Wosornu, direktur operasi dan advokasi di Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Dia menyambut baik upaya-upaya yang mendukung pembangunan kembali Suriah seperti pencabutan sanksi, hibah Bank Dunia dan peningkatan investasi. Ia menyerukan kepada komunitas internasional untuk “memobilisasi sumber daya untuk rekonstruksi dan pembangunan Suriah,” mendesak pergeseran dari bantuan kemanusiaan ke pemulihan.
Upaya semacam itu, imbuh Wosornu, sangat penting untuk membuat semakin banyak warga Suriah yang mengungsi untuk kembali ke rumah mereka.
Perang Saudara Suriah, yang dimulai pada tahun 2011, memicu salah satu krisis pengungsi terbesar dalam sejarah modern akibat kekerasan, kehancuran, dan ketidakstabilan yang meluas.
Pada tahun 2025, lebih dari 13 juta warga Suriah mengungsi. Sekitar 6,8 juta menjadi pengungsi internal (IDP) di Suriah, sementara lebih dari enam juta orang mengungsi ke negara-negara tetangga dan sekitarnya.
Negara-negara tetangga seperti Turki, Lebanon, Yordania, dan Irak menampung sebagian besar pengungsi. Turki menampung lebih dari 3,6 juta warga Suriah, Lebanon sekitar 1,5 juta, dan Yordania sekitar 650.000.
Negara-negara ini menghadapi keterbatasan sumber daya, yang menyebabkan kamp-kamp pengungsi penuh sesak dan akses terbatas ke pekerjaan atau layanan bagi para pengungsi.
Banyak warga Suriah mencari suaka di Eropa, dengan lebih dari satu juta orang mengajukan permohonan di Uni Eropa pada tahun 2020, terutama di Jerman dan Swedia. Penyeberangan Mediterania yang berbahaya menjadi terkenal, dengan ribuan orang meregang nyawa dalam perjalanan.*