InfoMalangRaya.com—Chen Goldstein-Almog, bersama ketiga anaknya yang masih hidup, termasuk di antara sandera yang dibebaskan pejuang Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).
Dia dan anak-anaknya–Agam (17), dua putranya, Gal (11(, dan Tal (9) – dibebaskan pada akhir November sebagai bagian dari pertukaran tahanan antara penjajah ‘‘Israel’’ dan Hamas yang telah dihentikan.
Kepada The New York Times, ia mengenang kembali masa tujuh minggu, dalam banyak diskusi panjang –dan cukup intim– dengan para pejuang Al-Qassam, yang menawannya.
Mereka bercerita tentang keluarga mereka, kehidupan mereka dan bahaya ekstrim yang mereka hadapi oleh jet tempur penjajah ‘Israel’.
Salah satu pria bersenjata yang menahannya bahkan meminta maaf atas pembunuhan suami dan salah satu putrinya. “Itu adalah kesalahan dan bertentangan dengan Al-Quran,” katanya, kenang Goldstein-Almog dikutip New York Times, Jumat (15/12/2023).
Dia mengatakan keheningan panjang terjadi setelahnya, dan ruangan tempat dia dan ketiga anaknya ditahan langsung dipenuhi ketegangan.
“Saya tidak menjawab,” kata Goldstein. Dia putus asa dengan kematian mereka, namun saat itu, dia berkata, “Saya merasa tidak bisa mengungkapkan perasaan negatif apa pun.”
Goldstein-Almog, 48, dan ketiga anaknya diculik pada tanggal 7 Oktober dari kibbutz Kfar Aza, dekat perbatasan Gaza, wilayah Palestina yang saat ini dirampok ‘Israel’ dan dijadikan pemukiman imigran ilegal.
Wilayah ini adalah salah satu tempat yang paling parah terkena dampak serangan pejuang Al-Qassam.
Penuh Hormat
Kepada The New York Times dia dan anak-anaknya ditahan bersama, diperlakukan “dengan hormat” dan tidak disakiti secara fisik.
Kebanyakan, mereka ditahan di sebuah kamar di sebuah apartemen di Gaza, katanya, dengan jendela tertutup kecuali untuk mendapatkan udara segar di pagi hari.
Namun pejuang Al-Qassam yang bersenjata lengkap juga memindahkan Nona Goldstein-Almog dan anak-anaknya ke berbagai apartemen, terowongan, masjid, bahkan supermarket yang hancur, katanya.
Ketika teroris ‘Israel’ menggempur Gaza, suasana sangat menakutkan, dan orang-orang yang menahan mereka, katanya, sepertinya tidak selalu tahu apa yang harus dilakukan.
“Saat kami berada di jalan raya, dalam kegelapan total, ada tembakan di atas kami,” lanjutnya. “Kami terdesak ke dinding, dan saya dapat melihat penunjuk laser, seolah-olah kami sedang menjadi sasaran dari atas (pesawat).”
Dan dia berpikir: Itu adalah angkatan udara kita yang ada di sana. “Sungguh gila,” katanya, “kemustahilan ini.”
Goldstein-Almog, Agam, Tal dan Gal, diculik tanggal 7 Oktober dari kibbutz Kfar Aza, salah satu komunitas yang paling terkena dampak serangan pejuang Al-Qassam.
Di tempat yang disembunyikan, ia sering berbicara dengan pengawalnya, bahkan terkadang berlangsung berjam-jam. Mungkin karena Goldstein pernah menjadi pekerja sosial dan tahu cara membuat seseorang terlibat dalam percakapan yang panjang dan mendalam – satu-satunya cara dia mencoba memastikan, katanya, bahwa dia dan anak-anak akan aman.
Para penjaga mengajari putranya Gal, 250 kata dalam bahasa Arab agar dia tetap sibuk dan membawakannya buku catatan untuk dipelajari. Dia mengatakan keluarga dan penjaga secara teratur mendiskusikan apa yang harus dimakan.
Hampir setiap hari mereka bertahan hidup dengan roti pita dengan keju, biasanya feta. Pada masa-masa awal juga ada beberapa sayuran. Dia mengatakan para penjaga memberitahunya bahwa mereka adalah anggota Hamas.
Kepala penjaga tampaknya sangat berpendidikan dan fasih berbicara bahasa Ibrani, katanya. Di apartemen tempat mereka tinggal paling lama, ia terkadang mengajak keluarganya untuk ikut memasak di dapur, meski pada saat-saat seperti itu, para penjaga membawa pistol.
Para penjaga akan mengantar mereka ke kamar mandi berdasarkan permintaan, dan mengizinkan mereka tidur.
Setiap anggota keluarga (tawanan, red) mengalami naik turun emosi. Kadang-kadang mereka membicarakan apa yang terjadi pada 7 Oktober, atau menyadari bahwa gencatan senjata tidak akan segera terjadi.
Para pejuang tidak suka jika anak-anak menangis, katanya. Mereka segera meminta agar berhenti.
“Dan jika sejenak, saya duduk dan tenggelam dalam pikiran saya,” katanya, pemimpin pejuang “akan langsung menanyakan apa yang saya pikirkan. Saya tidak bisa berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain tanpa ada penjaga bersenjata yang menemani saya. Suatu kali, kedua putra saya sedang bertengkar, dan penjaga meninggikan suaranya kepada salah satu dari mereka, dan itu sangat menakutkan.”
Bahkan ada saat-saat ketika para penjaga (Al-Qassam) juga menangis di depan mereka, katanya, mengkhawatirkan keluarga mereka sendiri dari serangan bom.
“Kami berada dalam bahaya setiap hari,” katanya. “Itu adalah ketakutan pada tingkat yang kita tidak tahu keberadaannya.”
Di akhir masa penahanan mereka, para penjaga menoleh ke arah Goldstein-Almog dan memberinya peringatan: “Jangan kembali ke kibbutzmu,” katanya.
“Jangan kembali ke tempat yang terlalu dekat dengan Gaza. Pergilah ke Tel Aviv atau ke suatu tempat yang lebih jauh ke utara,’ katanya mengingat perkataannya. “Karena kami akan kembali, “ kata mereka.*
Mantan Sandera Hamas: Pejuang Al-Qassam Memperlakukan Keluarganya dengan Hormat
