Infomalangraya – MALANG KOTA – Ketersediaan lahan parkir di Kajoetangan Heritage masih menjadi pekerjaan rumah (PR) yang belum bisa dituntaskan Pemkot Malang. Sudah hampir lima bulan dibuka, belum ada lahan parkir khusus untuk pengunjung.
Akibatnya, pengunjung parkir di ruas jalan. Masing-masing ruas di sepanjang Jalan Basuki Rahmat, yakni sisi kiri dan kanan jalan dipenuhi kendaraan yang parkir. Hal itu mengganggu keindahan wajah Kajoetangan, sekaligus menghambat kelancaran arus lalu lintas.
Sebelumnya, Pemkot menyiapkan lahan parkir khusus sejak Februari lalu, yakni Ruko Kajoetangan Nomor 50. Namun belum direalisasikan lantaran harganya dinilai tidak wajar alias mahal. Hingga awal Juni ini belum ada tanda-tanda lahan pengganti Ruko Kajoetangan Nomor 50 tersebut.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang Widjaja Saleh Putra mengatakan, belum adanya lahan parkir yang memadai membuat kondisi dilematis. Di satu sisi, upaya Pemkot Malang untuk mempercantik kawasan Kajoetangan berhasil.
Tapi di sisi, padatnya pengunjung di kawasan tersebut tidak didukung ketersediaan lahan parkir yang memadai. ”Kami dalam posisi dilematis. Ekonomi di sana (Kajoetangan Heritage, Red) bangkit, tapi efeknya pada ketertiban, baik pada parkir dan PKL,” ujar Jaya, panggilan Widjaja Saleh Putra kemarin.
Jaya mengaku tidak bisa menertibkan kendaraan di kawasan tersebut. Sebab belum ada lahan parkir yang menampung kendaraan wisatawan. ”Untuk sementara waktu bisa parkir di bahu jalan,” sambungnya.
Pejabat eselon II B Pemkot Malang itu mengatakan, seharusnya kepadatan bisa dikurangi ketika kedua sisi jalan tidak digunakan untuk parkir kendaraan. Dia sudah meminta para jukir agar hanya memakai satu sisi jalan saja untuk parkir. Ini agar memberikan ruang kepada kendaraan yang melintasi Jalan Basuki Rahmat. ”Tapi kendaraan yang tahu kalau ada ruang kosong langsung belok dan parkir. Ini yang menjadi masalah,” tandas Jaya.
Menanggapi hal itu, Ketua Komisi C DPRD Kota Malang Fathol Arifin menuturkan, tidak adanya lahan parkir mengindikasikan kurangnya perencanaan. Seharusnya, katanya, ketersediaan lahan parkir sudah dipikirkan sebelum Kajoetangan Heritage dioperasionalkan menjadi objek wisata. ”Pemkot harus secepatnya mencari pengganti lahan parkir yang tak jauh dari Koridor Kajoetangan,” kata Fathol. (adk/dan)