InfoMalangRaya – Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS) Jatim mencatat, pada Mei 2024 harga berbagai komoditas mengalami penurunan dibanding April 2024. Meski begitu, terdapat sejumlah catatan penting yang perlu diperhatikan para pengambil kebijakan. Dengan turunnya harga-harga komoditas, Jatim mengalami deflasi pada Mei 2024. Secara month to month (m-to-m), pada Mei 2024 Jatim mengalami deflasi sebesar 0,21 persen terhadap bulan April 2024.
Baca Juga :
Libatkan 3 Kendaraan, Pengendara Motor Pengangkut Rombong Tewas Kecelakaan di Sumberpucung Malang
“Terkait dengan Indeks Harga Konsumen, kami sampaikan bahwa Provinsi Jawa Timur di bulan Mei tahun 2024 mengalami deflasi sebesar 0,21 persen,” ujar Kepala BPS Jatim Zulkipli, Senin (3/6/2024). Zulkipli menjelaskan, turunnya harga berbagai komoditas ini tak lepas dari momentum berakhirnya masa libur Lebaran atau Idul Fitri. Setelah Idul Fitri, umumnya harga-harga yang sempat melonjak kembali mengalami penurunan. “Ini tentu adalah sebuah kondisi di mana pada bulan Mei ini pasca Idul Fitri, harga-harga memang banyak yang mengalami penurunan terutama harga-harga bahan makanan. Begitu juga dengan turunnya harga transportasi pasca Idul Fitri,” ungkapnya. Selain itu, Zulkipli menambahkan, faktor lain yang menyebabkan turunnya harga-harga sejumlah komoditas, khususnya komoditas pangan, adalah siklus musim pertanian yang tengah berlangsung pada bulan Mei 2024. “Yang paling menentukan itu adalah terkait dengan masih berada pada kondisi panen raya di Jawa Timur, sehingga harga-harga beras itu terlihat masih mengalami penurunan yang cukup signifikan,” tandasnya. BPS Jatim mencatat, dari 11 kabupaten/kota, semua daerah mengalami deflasi m-to-m pada Mei 2024. Deflasi terdalam dialami Sumenep, dengan angka inflasi minus 0,87 persen. Sedangkan deflasi terendah terjadi di Banyuwangi sebesar angka inflasi minus 0,05 persen.
Baca Juga :
Kenaikan Retribusi Pasar Pagi Kota Batu Ditunda, Tunggu Hasil Hearing dengan Pedagang
“Ini patut untuk dijadikan catatan untuk para pemangku kepentingan, bahwa dengan terjadi deflasi yang cukup dalam, umumnya juga nanti harus menjadi perhatian beberapa komoditas-komoditas yang terus mengalami penurunan biasanya akan mengalami kenaikan pasca terjadi deflasi,” seru Zulkipli. “Salah satu yang menjadi catatan nantinya adalah bahwa saat ini harga gabah sudah mengalami kenaikan. Dengan indikasi naiknya harga gabah, maka di beberapa bulan berikutnya kemungkinan besar akan terjadi kenaikan harga beras,” sambungnya. Sementara itu, secara year on year (y-on-y), BPS mencatat pada Mei 2024 Jatim mengalami inflasi sebesar 2,83 persen jika dibandingkan Mei 2023. Adapun secara year to date (y-to-d), inflasi tahun kalender Jatim dari Januari hingga Mei tercatat mencapai 1,18 persen.