Proyeksi IHSG di Akhir Tahun 2025 dan Kinerja Emiten
Sejumlah lembaga sekuritas masih mempertahankan proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk akhir tahun 2025, meskipun indeks ini telah mencapai level psikologis baru di angka 8.000. Meski demikian, kinerja para emiten diperkirakan akan melemah. Pada intraday perdagangan 15 Agustus 2025, IHSG menyentuh titik tertingginya sepanjang masa di level 8.017,06. Namun pada akhir perdagangan Jumat (22/8), IHSG berada di level 7.858,85.
RHB Sekuritas Indonesia tetap mempertahankan skenario optimistis IHSG di level 7.800 pada akhir tahun. Proyeksi ini didasarkan pada pertumbuhan EPS yang flat di 2025 dan naik 7% pada 2024. Menurut Andrey Wijaya, Head of Research RHB Sekuritas Indonesia, valuasi IHSG saat ini diperdagangkan di kisaran minus satu hingga rata-rata PE forward rolling. Ia menilai revisi target IHSG bisa terjadi jika aliran dana asing terus signifikan, namun revisi pertumbuhan earnings terlihat masih berat.
Untuk sisa tahun ini, investor disarankan untuk mengawasi percepatan belanja pemerintah, khususnya program makan siang gratis yang berpotensi menciptakan efek berganda atau multiplier effect pada pertumbuhan ekonomi. Dari luar negeri, fokus utama ada pada potensi pemangkasan suku bunga The Fed dan penerapan tarif perdagangan oleh Amerika Serikat (AS).
Samuel Sekuritas juga mempertahankan target fundamental inti IHSG di akhir 2025 pada level 7.400. Namun, proyeksi pertumbuhan EPS dipangkas dari 1,6% menjadi 0,5%. Prasetya Gunadi, Head of Research Samuel Sekuritas menjelaskan bahwa pemangkasan target tersebut dilakukan karena hasil kinerja emiten yang mengecewakan di kuartal II-2025. Ia juga menetapkan target alternatif berbasis likuiditas di level 8.120, dengan mempertimbangkan momentum saham-saham besar.
Saham dengan kapitalisasi pasar jumbo seperti DSSA, TPIA, DCII, BRPT, CDIA, PANI, PTRO, BREN, AMMN, dan BYAN memiliki target price earning ratio agregat di 296 kali.
BRI Danareksa Sekuritas justru meningkatkan target akhir IHSG di 2025 menjadi level 7.960. Erindra Krisnawan, Head of Research BRI Danareksa Sekuritas menjelaskan bahwa penyesuaian target indeks ini dilakukan dengan memasukkan faktor penyesuaian aliran dana di pasar saham. Ia melihat ada ruang penguatan jangka pendek seiring ekspektasi pemulihan laba yang lebih luas, yang dapat mendorong re-rating valuasi.
Rekomendasi Saham Pilihan
Untuk saham pilihan di sisa tahun ini, BRI Danareksa Sekuritas lebih condong pada perusahaan dengan prospek perbaikan laba dan katalis di paruh kedua 2025. Sektor pilihannya adalah telekomunikasi, perbankan, dan logam. Rekomendasinya termasuk ISAT dengan target harga Rp 2.600, TLKM dengan target Rp 3.500, BBCA, CTRA, dan BRMS dengan masing-masing target harga Rp 11.900, Rp 1.600, dan Rp 480 per saham.
Di sisi lain, Samuel Sekuritas merekomendasikan saham seperti BBCA, TLKM, ICBP, AMRT, dan JPFA berdasarkan fundamental. Sementara itu, preferensi lainnya ada di BSKL, ENRG, WIFI, RAJA, dan DEWA.
RHB Sekuritas Indonesia tetap menjagokan sektor yang sensitif terhadap suku bunga, seperti perbankan, properti, dan semen. Mereka juga mengutamakan sektor defensif, terutama konsumer. Saham unggulan mereka antara lain BBCA, BRIS, BBNI, AUTO, CTRA, MYOR, MIDI, dan INTP.