Jejak Sejarah Kuil Jepang di Kota Malang yang Terlupakan
Kota Malang, salah satu kota besar di Jawa Timur, memiliki banyak cerita sejarah yang tersembunyi. Salah satunya adalah keberadaan kuil yang dibangun oleh pihak Jepang selama masa penjajahan. Meskipun masa penjajahan hanya berlangsung selama 3,5 tahun, namun jejak sejarah tersebut masih menyimpan banyak misteri dan fakta yang belum terungkap.
Salah satu bukti nyata dari masa penjajahan Jepang adalah keberadaan kuil-kuil yang dibangun di beberapa daerah di Indonesia, termasuk di Kota Malang. Kuil-kuil ini umumnya merupakan tempat ibadah bagi tentara Jepang yang berada di wilayah Indonesia. Namun, karena waktu yang singkat dan perubahan lingkungan sekitar, jejak-jejak ini hampir terlupakan.
Pada tahun 2018, keberadaan kuil di Kota Malang akhirnya terungkap setelah adanya kunjungan dari peneliti Kanagawa University, Jepang. Mereka datang untuk melakukan riset sejarah mengenai aktivitas tentara Jepang, termasuk pembangunan kuil-kuil tersebut. Dari penelitian ini, diketahui bahwa pada masa Jepang masuk tahun 1942, delapan kuil dibangun di berbagai daerah seperti Medan, Jakarta, Bogor, Bojonegoro, dan juga Kota Malang.
Dalam proses penelitian, para peneliti membawa berbagai dokumen penting seperti peta dan potongan koran lama. Peta tersebut menunjukkan lokasi pasti kuil Shinto yang dikenal dengan nama kuil (jinja) Chiang Nan. Diperkirakan kuil ini dibangun pada bulan Mei 1942. Selain itu, dari potongan berita koran, ditemukan informasi bahwa ratusan tentara Jepang pernah berbaris dari Stadion Gajayana menuju kuil tersebut. Bahkan, ada foto tunggal yang menunjukkan pimpinan tentara Jepang sedang berfoto di depan pintu gerbang kuil.
Dari analisis foto tersebut, dapat dilihat bahwa kuil tersebut berada di area yang kini menjadi Taman Makam Pahlawan (TMP) Untung Suropati di Jalan Veteran. Awalnya, peneliti mengira kuil itu berada di sekitar Jalan Pahlawan TRIP, tetapi setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, ternyata lokasi kuil berbeda.
Informasi ini diperoleh dua tahun lalu saat Agung Buana, pemerhati sejarah Kota Malang, bertemu dengan Pak Hilal, seorang pelaku sejarah dan pejuang. Beliau menyampaikan bahwa lokasi kuil sekarang berada di lahan yang kini menjadi TMP Untung Suropati. Hal ini juga dikuatkan oleh seorang nenek yang tinggal di dekat area tersebut. Menurut nenek tersebut, kuil itu pernah menjadi tempat yang sering digunakan untuk menakuti anak-anak nakal dengan ancaman dibawa ke kuil.
Selain itu, lokasi TMP yang memanjang dari timur ke barat sesuai dengan arah matahari terbit, yang merupakan simbol penghormatan terhadap Dewi Matahari Amaterasu. Hal ini menunjukkan bahwa kuil tersebut dirancang dengan konsep tertentu sesuai ajaran Shinto.
Agung Buana menjelaskan bahwa kuil Chiang Nan sangat suci dan dijaga ketat oleh tentara Jepang. Warga lokal tidak diperbolehkan melewati area kuil tanpa menunduk dan tidak boleh mendongak. Jika melanggar, mereka bisa dipukul menggunakan tongkat kayu. Kebiasaan ini disampaikan secara turun temurun dan menjadi bagian dari cerita lokal.
Sayangnya, sisa-sisa kuil Chiang Nan sudah tidak dapat ditemui lagi. Kuil tersebut dibumihanguskan oleh warga Malang pada September 1945, setelah tentara Jepang ditangkis dan senjata mereka dirampas. Material kuil sebagian besar terbuat dari kayu yang berasal dari Bojonegoro, sehingga mudah terbakar. Akibatnya, kuil itu langsung habis terbakar dalam waktu singkat.