Teknik Terbaru dalam Penanganan Saraf Kejepit
Pola penanganan kasus saraf kejepit semakin berkembang seiring dengan munculnya teknik-teknik baru yang lebih efektif dan minim risiko. Salah satu inovasi terkini adalah Biportal Endoscopic Spine Surgery (BESS), sebuah metode pembedahan minimal invasif yang dapat mengatasi berbagai masalah tulang belakang. Teknik ini kini menjadi perhatian utama para dokter spesialis bedah saraf di Indonesia.
Dokter Wawan Mulyawan, pelopor BESS di Indonesia, menjelaskan bahwa teknik ini memungkinkan pengoperasian dengan luka sayatan yang sangat kecil, hanya sekitar 0,5 sentimeter di dua titik. Hal ini sangat membantu pasien karena rasa nyeri setelah operasi jauh lebih ringan dan proses pemulihan bisa lebih cepat dibandingkan metode konvensional. “Di dunia, teknik ini baru dikembangkan pada 2018. Sedangkan di Indonesia baru ada sejak 2021,” ujar Wawan.
Teknik BESS dirancang untuk meminimalkan kerusakan jaringan otot dan ligamen di sekitar tulang belakang. Dengan demikian, pasien tidak hanya merasakan nyeri yang lebih sedikit, tetapi juga bisa pulih lebih cepat. Meski saat ini jumlah dokter yang ahli dalam menggunakan teknik tersebut masih terbatas, yaitu sekitar 50 orang, teknik ini dinilai sangat potensial untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan.
Dibandingkan dengan teknik bedah mikroskopis atau terbuka, BESS menawarkan kelebihan signifikan. Teknik bedah mikroskopis biasanya membutuhkan luka sayatan sepanjang 3-5 sentimeter, sementara BESS hanya memerlukan dua titik sayatan kecil. Selain itu, jumlah dokter yang mampu melakukan operasi dengan teknik mikroskopis sudah mencapai ratusan, sedangkan teknik terbuka bisa dilakukan oleh semua dokter bedah.
Efektivitas dan Keberhasilan Teknik BESS
Dokter Dimas Rahman dari Sigma Brain & Spine Center di RS Jakarta menambahkan bahwa BESS efektif untuk mengatasi berbagai kondisi seperti stenosis, kista, dan tumor kecil di area tulang belakang. “Pasien bisa pulang lebih cepat setelah operasi, sehingga mereka bisa kembali beraktivitas normal dengan lebih cepat,” katanya.
Sejak diperkenalkan di Indonesia pada 2021, sebanyak 5.000 pasien telah mendapatkan layanan BESS. Tingkat keberhasilannya cukup tinggi, dengan angka di atas 95 persen. Dimas berharap stigma masyarakat tentang operasi saraf kejepit yang menyebabkan kelumpuhan bisa berkurang dengan adanya teknik terbaru ini.
Pelatihan untuk Meningkatkan Kemampuan Dokter
Untuk melatih lebih banyak dokter dalam menggunakan teknik BESS, RS Jakarta mengadakan pelatihan eksklusif bertajuk “1st Biportal Endoscopic Spine Course in Indonesia” pada 15–16 Agustus 2025. Workshop ini akan menjadi wadah penting bagi para dokter spesialis bedah saraf untuk mempelajari teknik-teknik terkini secara langsung dari para ahli.
Workshop ini terbagi menjadi dua sesi. Pada hari pertama, peserta akan belajar tentang endoskopi BESS dengan Interlaminar Lumbar Approach. Sementara itu, di hari kedua akan membahas Interlaminar Cervical Approach. Selama dua hari pelatihan, peserta tidak hanya mendapatkan sesi teori, tetapi juga menyaksikan tindakan BESS secara langsung serta melakukan diseksi kadaver sebagai bentuk praktik.
Pelatihan ini menghadirkan dua pembicara kunci, yaitu Dr. Daejung Choi dan Dr. Sung Won Cho dari International Faculty. Keduanya merupakan ahli ternama dalam bidang endoskopi BESS. “Dr. Choi adalah salah satu pelopor ilmu teknik BESS ini,” kata Wawan.
Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan semakin banyak dokter di Indonesia yang mampu menguasai teknik BESS. Hal ini akan berdampak positif pada kualitas layanan kesehatan dan meningkatkan kesempatan pasien untuk pulih lebih cepat tanpa risiko besar.







