Mengungsi Saat Serangan Hizbullah, Hampir Sebagian Penduduk ‘Israel’ Utara Menolak Kembali

InfoMalangRaya.com – Sebuah survei baru oleh Tel Hai Academic College di ‘Israel’ menyatakan bahwa sekitar 40 persen penduduk Yahudi yang mengungsi dari permukiman utara mempertimbangkan untuk tidak kembali ke rumah mereka setelah perang berakhir.
Sejak 8 Oktober, kelompok Hizbullah Lebanon telah meluncurkan ribuan roket, rudal anti-tank, dan pesawat tak berawak dari Lebanon ke arah permukiman dan pos-pos militer di wilayah Dataran Tinggi Golan yang diduduki ‘Israel’.
Serangan harian ini tidak hanya merusak rumah, bangunan, dan infrastruktur, tetapi juga keamanan banyak pemukim di Galilea. Entitas Zionis ‘Israel’ mengevakuasi banyak pemukim dari rumah mereka tak lama setelah dimulainya perang, dan menempatkan mereka di hotel-hotel untuk sementara waktu selama lebih dari tujuh bulan.
Beberapa pemukim Yahudi memilih untuk tidak mengungsi dan tetap tinggal di pemukiman yang dekat dengan zona tempur dan berada di bawah ancaman tembakan roket atau invasi darat oleh Hizbullah, kelompok yang didukung Iran.
“Penduduk di utara harus menghadapi banyak kesulitan untuk tinggal di hotel dalam waktu lama. Mereka mengalami ketidakpastian yang besar dari segi keamanan, politik, ekonomi dan sosial,” kata Dr Ayala Cohen, kepala Pusat Pengetahuan perguruan tinggi yang mengadakan jajak pendapat tersebut.
Dua ribu pemukim dari wilayah Galilea, termasuk beberapa yang dievakuasi oleh pemerintah dan beberapa yang pergi secara mandiri, ditanya dalam jajak pendapat tersebut apakah mereka berniat untuk kembali dan tinggal di rumah mereka saat ini setelah berakhirnya perang dan kembali ke keadaan normal.
Empat puluh persen pemukim yang dievakuasi oleh ‘Israel’ menjawab bahwa mereka mempertimbangkan untuk tidak kembali tinggal di pemukiman mereka. Hanya 60 persen yang menjawab bahwa mereka pasti akan kembali untuk tinggal di daerah tempat mereka dievakuasi.
Dari mereka yang meninggalkan rumah mereka secara mandiri, 38 persen mempertimbangkan untuk tidak kembali, dan hanya 62 persen yang berpikir akan kembali.
Sembilan puluh persen penduduk yang tidak dievakuasi berencana untuk terus tinggal di daerah mereka bahkan setelah perang berakhir, tetapi 10 persen mempertimbangkan untuk tidak melanjutkan tinggal di sana setelah situasi kembali normal.
Survei Tel Hai juga mengindikasikan bahwa perang dengan Hizbullah telah menyebabkan kerusakan ekonomi yang signifikan pada permukiman ‘Israel’ utara.
Studi ini menunjukkan bahwa 73 persen wiraswasta dan 39 persen karyawan melaporkan situasi ekonomi yang lebih buruk daripada sebelum 7 Oktober. Empat puluh tujuh persen wiraswasta melaporkan bahwa pendapatan mereka turun hingga setengahnya.
Studi ini juga mengungkapkan bahwa sekitar sepertiga dari pekerja mandiri dan sekitar seperlima dari karyawan mempertimbangkan untuk memindahkan kegiatan mereka secara permanen dari utara.
“Temuan survei ini sulit dan mengkhawatirkan,” tambah Dr Cohen, seorang dosen senior di departemen pekerjaan sosial di perguruan tinggi tersebut. “Mereka sudah tidak berada di lingkungan alaminya selama delapan bulan. Bahkan penduduk di bagian utara yang tidak dievakuasi pun mengaku mengalami situasi yang sulit dan ketidakpastian. Seiring berjalannya waktu, situasi keamanan di Galilea semakin memburuk, dan bersamaan dengan itu situasi para penduduk ini. Negara harus segera membentuk pemerintahan yang akan mengurus penduduk utara, menanggapi kebutuhan mereka, dan menciptakan cakrawala yang jelas untuk masa depan mereka.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *