Perbedaan antara Kencrung dan Kentrung
Kencrung bukanlah kentrung, karena kencrung adalah alat musik sementara kentrung merupakan kesenian tradisional. Namun di pameran kencrung di Bentara Budaya Yogyakarta, kencrung tidak dibunyikan. Selain dilukis, kencrung juga diapa-apain sehingga kamu akan terkejut melihatnya.
Pameran Seni Rupa Kencrung yang Menarik
Jika kamu berkesempatan singgah ke Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) di Gedung Kompas Jalan Suroto No. 2, Kotabaru, kamu akan menemukan acara bernama “Pameran Seni Rupa Kencrung” dengan tajuk “Lazuardi”. Bukan, bukan “Pertunjukan Seni Suara Kencrung”.
Ketika memasuki ruang pameran, kamu akan lebih terkejut lagi. Sebab, kamu akan takjub menyaksikan apa yang tersebar dalam penataan yang artistik. Dalam pameran ini, terlibat tidak kurang dari 54 seniman yang menghasilkan karya yang mencoba memaknai kencrung secara kreatif. Hal ini membuat audiens merasa takjub saat mengitari karya-karya ini. Di luar dugaan, alat musik ini tampil menjadi sesuatu yang menarik dan baru.
Kentrung, Kencrung, dan Ukulele
Jika kamu penasaran dan mencoba mencari tahu apa itu “kencrung”, sebaiknya bertanyalah ke pemain musik Keroncong. Mengapa? Karena pencarian kata “kencrung” melalui mesin pencari (search engine) semisal Google, akan mengarahkan kamu untuk menjumpai “kentrung”.
Sebuah unggahan di laman Kompas.com akan membuatmu paham. Jika penasaran, carilah tulisan berjudul “Kentrung Kudus Terancam Punah”. Berita bertitimangsa 25 Oktober 2010 itu mewartakan bahwa kesenian kentrung “merupakan seni bertutur lisan dengan iringan rebana tanpa kecak”.
Jika ingin mengetahui tentang kencrung, perlu menempuh cara berbeda. Kamu perlu mencari tahu melalui pencarian tentang “ukulele” sebagai bagian dari musik Keroncong.
Ukulele Cuk!
Laman web budaya-indonesia.org menjelaskan bahwa Keroncong tak lain merupakan ansambel tradisional yang terdiri dari berbagai macam alat musik. “Sebuah ansambel dapat disebut Keroncong apabila memiliki dua alat musik tradisional yang mendasar yakni ukulele Cuk dan ukulele Cak,” lansir platform Perpustakaan Digital Budaya Indonesia.
Dalam unggahan bertitimangsa 8 Agustus 2018 dijelaskan lebih lanjut bahwa ukulele Cak dan Cuk mempunyai spesifikasi berbeda bila dibandingkan dengan ukulele umumnya. Seperti apakah ukulele Cuk? Ini adalah jenis ukulele yang memiliki tiga senar. Senar pertama dan ketiga memakai senar nilon gitar klasik, senar kedua adalah senar raket tenis.
Kencrung “hanya” menghasilkan bunyi-bunyian “crung” atau “crong”. Namun demikian, posisinya sangatlah penting dalam musik keroncong. Kencrung yang berfungsi sebagai ukulele cuk, bila dipadukan dengan ukulele cak, akan menghasilkan paduan bunyi yang khas dalam orkes.
Riwayat Pameran Kencrung di Bentara Budaya Kompas
Pameran yang berlangsung di Bentara Budaya Yogyakarta ini, ternyata bukan pameran kencrung yang pertama dalam sejarah aktivitas Bentara Budaya. “Pada tahun 2011 dengan mengundang sejumlah seniman, kegiatan bertajuk Pasar Kencrung digelar dengan tujuan mendekatkan musik dengan aspek visual yang segar dan unik,” tulis Hermanu di katalog pameran.
Kurator Bentara Budaya ini mengisahkan, “Dalam acara itu, kita dapat melihat usaha para perupa merespons instrumen kencrung menjadi karya-karya yang melintas medium seni.” Pada pameran kali ini (2025) Bentara Budaya menghadirkan kembali keragaman ekspresi yang mengusung semangat “menyenirupakan kencrung”.
“Seniman diajak untuk mengkreasikan kencrung yang tadinya semata alat musik dalam keroncong menjadi karya seni yang menggugah,” lanjut Hermanu. Pameran yang mengedepankan aspek-aspek seni rupa ini, menghadirkan pula karya yang mereka-reka benda apa pun, menjadi sesuatu yang memiliki makna.
Hermanu menjelaskan, “dengan pameran ini kita dapat memandang kembali musik keroncong sebagai langgam yang tidak melulu nostalgik atau lawasan, tapi amat mungkin menyuguhkan kebaruan-kebaruan.”
Makna Lazuardi dalam Dunia Keroncong
Kata “lazuardi” menjadi tajuk pameran yang melibatkan 54 seniman ini. Mungkin ada yang bertanya-tanya, dari mana asal-mula serta makna kata ini. Kata “lazuardi” dalam bahasa Arab memiliki makna “permata biru”. Hal ini selaras dengan lirik lagu keroncong berjudul sama, menyimpan cahaya kemilau yang memikat siapa pun.
Dalam konteks musikal dan estetik keroncong, biru bukan sekadar warna. Dia adalah suasana: nostalgia, lirih yang lembut, kesedihan yang hangat, sekaligus ruang harapan yang lapang. Jadi, sebagaimana dijelaskan kurator Bentara Budaya, “Lazuardi” merupakan syair lagu keroncong yang ditulis tahun 1930-an oleh seorang seniman bernama Poniman.
Sebagai seniman, Poniman adalah seorang seniman yang serba bisa. Selain membuat lirik lagu, dia juga bermain film, jadi pelawak, sopir truk jarak jauh, hingga juru foto dan pedagang. Pada 1970-an penyanyi Toto Salmon mempopulerkan lagu keroncong ini hingga menyebarkan, bahkan melekat di hati masyarakat. Itu sebabnya meskipun Poniman sang pencipta lagu ini telah meninggal pada 1 Januari 1978, lagu Lazuardi terus berkumandang dalam dunia keroncong.







