Peningkatan Permintaan Lampion di Kota Malang Jelang Hari Kemerdekaan
Jelang perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus 2025, industri lampion di Kota Malang mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini terutama dirasakan oleh para perajin lampion yang berada di wilayah Jawa Timur, khususnya di area Jalan Binor, Kecamatan Blimbing. Salah satu pemilik usaha lampion, Ahmad Syamsudin, mengungkapkan bahwa permintaan untuk lampion dengan nuansa merah putih meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut Ahmad Syamsudin, jumlah pesanan untuk lampion edisi kemerdekaan tahun ini mencapai kisaran 40 hingga 50 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Ia menjelaskan bahwa saat ini, pesanan yang masuk sudah mendekati 1.500 buah dari target 3.000 buah bulan ini. Proses produksi sedang berjalan dengan penuh semangat, dan ia serta 13 pekerjanya tengah fokus menyelesaikan pesanan besar.
Pesanan tidak hanya berasal dari wilayah Jawa Timur, tetapi juga menjangkau luar pulau seperti Medan. Pelanggan utama berasal dari instansi pemerintah, perkantoran, maupun panitia perayaan di tingkat kampung. Mereka biasanya memesan lampion dengan desain merah putih sebagai simbol perayaan kemerdekaan.
Model Lampion yang Paling Diminati
Beberapa model lampion yang paling diminati adalah bentuk kapsul dan bola. Harga lampion bervariasi, mulai dari Rp 35.000 untuk lampion bola berdiameter 30 sentimeter hingga Rp 80.000 untuk model kapsul. “Yang ini harga Rp 80.000 untuk model kapsul. Sementara yang bulat itu seharga Rp 35.000 dengan diameter 30,” ujar Ahmad Syamsudin.
Selain model reguler, ia juga sedang dalam proses negosiasi dengan pelanggan yang memesan lampion khusus, seperti bentuk Garuda setinggi 2 meter. Lampion raksasa ini akan menggunakan kerangka besi dan diperkirakan memiliki harga hingga Rp 5 juta.
Tantangan Produksi dan Kenaikan Harga Bahan Baku
Meski permintaan tinggi, Ahmad Syamsudin menghadapi tantangan dalam memperoleh bahan baku utama, yaitu rotan. Menurutnya, rotan saat ini agak sulit ditemukan dibandingkan beberapa tahun lalu. Jika stok di Malang habis, ia harus mencari ke daerah lain seperti Gresik.
Selain itu, harga bahan baku seperti kain dan kawat juga mengalami kenaikan. Namun, ia mengatakan bahwa kenaikan harga jual lampion hanya dilakukan secara minimalis, sekitar Rp 2.000 per buah. “Harga sudah ditetapkan dari awal, tidak bisa tiba-tiba naik tinggi,” tambahnya.
Kapasitas Produksi yang Penuh
Usaha lampion yang dirintis oleh keluarganya sejak tahun 2004 ini mampu memproduksi antara 20 hingga 50 lampion per hari. Dengan peningkatan permintaan yang begitu besar, Ahmad Syamsudin menyatakan bahwa pihaknya akan berhenti menerima pesanan untuk edisi Hari Kemerdekaan RI pada awal Agustus mendatang, atau sekitar tanggal 10 hingga 13. Tujuannya adalah untuk fokus menyelesaikan pesanan yang sudah masuk.
“Kalau kapasitas sudah tidak teratasi, kami langsung tutup pesanan. Kami tidak ingin mengecewakan pelanggan,” pungkasnya.