InfoMalangRaya.com — Bek sayap klub sepak bola Nantes, Jaouen Hadjam, tidak masuk dalam pemain yang akan dimainkan pada laga melawan Reims pada Ahad setelah ia menolak untuk membatalkan puasa saat bertanding, lansir media Prancis.
Menurut media, Ouest-France, bek berusia 20 tahun itu diminta untuk membatalkan puasa Ramadhan pada pertandingan Liga 1 Prancis oleh pelatih Antoine Kombouare.
Kombouare dikenal vokal terkait sikapnya terhadap pemain Muslim selama bulan puasa Ramadhan. Pada tahun 2009, ketika dia menjadi pelatih Paris Saint-Germain, Kombouare mengatakan bahwa ia melarang pemainnya berpuasa pada hari pertandingan.
“Saya memiliki aturan yang sangat sederhana. Tidak ada masalah dengan pemain yang berpuasa Ramadhan selama seminggu. Tapi pada hari pertandingan, itu dilarang.
“Mereka yang menjalani Ramadhan pada hari pertandingan akan tinggal di rumah. Saya tidak akan mengacaukan kesehatan pemain, atau menyusahkan rekan satu tim mereka. Ketika Anda tidak makan sepanjang hari, itu menjadi rumit.”
Hadjam dilaporkan ‘menolak’ untuk berbuka puasa dan karena hal tersebut ia dikeluarkan dari skuad pada laga melawan Reims.
Larangan Federasi Sepak Bola Prancis
Awal pekan ini, Federasi Sepak Bola Prancis mengirim email ke semua wasit di Prancis melarang mereka memberi jeda buka puasa bagi pemain Muslim saat bertanding.
Keputusan kontroversial datang setelah Liga Premier dan Liga Sepak Bola Inggris meminta wasit di Inggris untuk menghentikan pertandingan sebentar selama pertandingan malam untuk memberi waktu buka puasa bagi para pemain Muslim.
Prancis, sementara itu, tidak akan mengizinkan pemain untuk berbuka puasa, menurut L’Equipe.
Email tersebut berbunyi: “Sepak bola tidak mempertimbangkan pertimbangan politik, agama, ideologis, atau sindikal [serikat buruh] dari para aktornya” dan bahwa “terserah semua pihak yang terlibat untuk memastikannya dihormati.”
Inggris Lebih Open Mind
Pelatih klub Nice, Didier Digard, membandingkan situasi Ramadhan Prancis dengan Liga Premier, mengklaim ‘orang Inggris lebih berpikiran terbuka’.
Dia berkata: “Orang Inggris lebih berpikiran terbuka daripada kita tentang hal ini, dan mereka selalu begitu.
“Kami mendukung mereka sebaik mungkin dan mereka diawasi secara ketat dalam hal makanan hidrasi. Mereka melakukannya dengan keyakinan dan itu membuat segalanya lebih mudah,” tambah mantan pemain Middlesbrough itu.
“Kami tidak mengajukan pertanyaan apa pun kepada mereka. Kami menilai pemain berdasarkan penampilan mereka, bukan berdasarkan apakah mereka berpuasa atau tidak.”
Bulan suci Ramadhan dimulai pada 23 Maret dan akan berlangsung hingga April, dengan para pemain Muslim di Inggris diizinkan untuk berbuka puasa selama pertandingan. Mereka akan diberikan waktu untuk makan energy gel dan minum.
Wasit di Inggris telah disarankan untuk mengidentifikasi siapa yang akan berpuasa sebelum kick-off dan menyepakati waktu yang tepat untuk menghentikan pertandingan.*