InfoMalangRaya.com – Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir memicu kemarahan setelah mengatakan dia akan membangun sinagoga di kompleks Masjid Al-Aqsha jika dia bisa.
Pernyataan menteri ekstremis Yahudi itu memperkuat narasi bahwa situs suci umat Islam dan simbol nasional Palestina tersebut berada di bawah ancaman.
Ben Gvir, yang berulangkali menyerukan ibadah Yahudi di Masjid Al-Aqsha atau bagi Yahudi adalah Kuil GUnung, menyampaikan komentar tersebut dalam sebuah wawancara Senin pagi di Radio Angkatan Darat.
Masjid Al-Aqsha atau Masjidil Aqsha di Yerusalem dianggap sebagai tempat tersuci ketiga dalam Islam dan merupakan simbol identitas Palestina.
Non-Muslim dapat memasuki kompleks tersebut namun tidak diizinkan memasuki masjid.
Sementara itu, umat Yahudi diizinkan untuk berdoa di Tembok Ratapan atau sebuah Tembok Barat kompleks tersebut, yang dipandang sebagai situs tersuci dalam agama Yahudi.
“Jika saya bisa melakukan apa pun yang saya inginkan, saya akan menancapkan bendera Israel di situs tersebut,” kata Ben-Gvir dalam wawancara tersebut, lansir Al Jazeera pada Senin (26/08/2024).
Ditanya beberapa kali oleh seorang jurnalis apakah ia akan membangun sinagoga di situs tersebut jika ia bisa, Ben-Gvir akhirnya menjawab: “Ya.”
Di bawah status quo yang telah berlangsung selama puluhan tahun yang dipertahankan oleh pihak berwenang Israel, orang-orang Yahudi dan non-Muslim lainnya diizinkan untuk mengunjungi kompleks di Yerusalem Timur yang diduduki pada jam-jam tertentu, tetapi mereka tidak diizinkan untuk beribadah di sana atau menunjukkan simbol-simbol keagamaan.
Ben-Gvir juga dikritik oleh beberapa orang Yahudi Ortodoks, yang menganggap situs ini terlalu suci untuk dimasuki oleh orang Yahudi. Menurut para rabi terkemuka, orang Yahudi dilarang memasuki bagian mana pun dari Al-Aqsha karena kesuciannya.
Dalam beberapa tahun terakhir, larangan di kompleks tersebut semakin dilanggar oleh kelompok nasionalis religius garis keras seperti Ben-Gvir, yang terkadang memicu konfrontasi dengan warga Palestina.
Kompleks Masjid Al-Aqsa dikelola oleh Yordania, namun akses ke situs itu sendiri dikendalikan oleh pasukan keamanan Israel.
Ben-Gvir mengatakan kepada Radio Angkatan Darat bahwa orang Yahudi harus diizinkan untuk berdoa di kompleks tersebut.
“Orang Arab dapat berdoa di mana pun mereka inginkan, jadi orang Yahudi seharusnya dapat berdoa di mana pun mereka inginkan,” katanya, mengklaim bahwa ‘kebijakan saat ini mengizinkan orang Yahudi untuk berdoa di tempat ini’.
Beberapa politisi Yahudi ultra-Ortodoks sebelumnya telah mengecam upaya Ben-Gvir untuk mempromosikan ibadah dan doa Yahudi di kompleks Masjidil Aqsha.
Salah satunya, Menteri Dalam Negeri Moshe Arbel, sebelumnya menyebut komentar Ben-Gvir tentang masalah ini sebagai “penistaan”, dan menambahkan bahwa “larangan ibadah Yahudi di Temple Mount adalah posisi semua orang bijak Israel selama beberapa generasi”.*
Menanggapi komentar Ben Gvir pada hari Senin, Hamas mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan, “Ekstremis Ben Gvir menegaskan niatnya untuk membangun sebuah sinagoge di Masjid Al-Aqsha; sebuah pengumuman yang berbahaya dan negara-negara Arab dan Islam harus memikul tanggung jawab mereka untuk melindungi Al-Aqsha dan tempat-tempat suci.”
Gerakan perlawanan Palestina menambahkan, “Apa yang diungkapkan oleh menteri teroris Ben Gvir pagi ini tentang niatnya untuk membangun sinagoga Yahudi di dalam Masjid Al-Aqsha yang diberkahi, merupakan pengumuman berbahaya yang mencerminkan sifat niat pemerintah penjajah terhadap Al-Aqsha dan identitas Arab serta Islam, dan langkah-langkah kriminalnya yang berusaha untuk meng-Yahudi-kan dan memperketat kontrol atas Al-Aqsha.”
Pada bulan September 2000, Perdana Menteri ‘Israel’ saat itu, Ariel Sharon, berkeliling kompleks Masjid Al-Aqsa dengan dikelilingi oleh sekitar seribu polisi anti huru-hara bersenjata.
Tindakan Sharon ini memicu protes dari warga Palestina yang memulai Intifada Kedua, atau pemberontakan, terhadap pendudukan Israel di Yerusalem, Tepi Barat, dan Gaza.
Sharon dibenci oleh warga Palestina karena perannya dalam sejumlah pembantaian warga Palestina, termasuk di kamp pengungsi Sabra dan Shatila di Lebanon pada tahun 1982, serta pada tahun 1953 di desa Qibya di Tepi Barat dan kamp Bureij di Gaza.*
Menteri Ekstremis ‘Israel’ akan Bangun Sinagoga di Masjidil Aqsha
