InfoMalangRaya – COVID-19 varian FLiRT dilaporkan tengah menyerang Singapura. Varian ini diklaim memiliki kemampuan menular lebih cepat dan bisa lolos dari sistem kekebalan tubuh. Virus ini sebelumnya lebih dulu menyerang Amerika Serikat. FLiRT yang merupakan turunan dari varian Omicron telah menyumbang sekitar 25 persen kasus baru di AS dalam dua minggu terakhir bulan April.
Baca Juga :
Siapa itu Zakir Naik? Tokoh Agama yang Dikabarkan Akan Datang ke Indonesia
Sementara di Singapura, Pada 5-11 Mei 2024, sebanyak 25.900 kasus COVID-19 tercatat terdeteksi. Angka tersebut meningkat hingga 90 persen bila dibandingkan dengan pekan sebelumnya sebanyak 13.700 kasus. Lantas apa itu COVID-19 FLiRT? Melansir berbagai sumber, FLiRT merupakan singkatan dari Fast-spreading, Linked to Receptor-binding domain and Threonine mutation. Dilansir laman Channel News Asia, varian ini merupakan gabungan dari dua strain yang disebut sebagai KP.1 dan KP.2. Para ilmuwan menggolongkan KP.1 dan KP.2 dalam subvarian yang dijuluki FLiRT sesuai dengan nama teknis mutasinya. Kedua strain tersebut adalah keturunan varian JN.1, cabang dari varian Omicron. Strain KP.2 memiliki peluang menyebar lebih cepat dibandingkan KP.1. KP.2 bahkan diklaim telah menyebar ke beberapa negara selain AS, antara lain China, Thailand, Australia, Selandia Baru, dan Inggris. Pihak Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di AS menyebutkan meski KP.2 termasuk sebagai strain utama, varian FLiRT tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian lainnya. Hal yang sama juga disampaikan Kementerian Kesehatan Singapura. Namun, KP.2 memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk lolos dalam kekebalan tubuh. Ini sekaligus lebih menular daripada varian JN.1. Bahkan, FLiRT dikabarkan juga dapat menginfeksi seseorang yang telah menerima vaksin terbaru. Gejala Varian FLiRT Meski dinilai lebih cepat menular, gejala yang disebabkan oleh FLiRT tidak separah JN.1. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik virus yang pada akhirnya berevolusi menjadi lebih mudah menular, tetapi kurang ganas. Diperkirakan perlu waktu sekitar lima hari atau lebih untuk menunjukkan gejala seseorang terpapar varian FLiRT. Sementara itu, tidak ada perbedaan secara khusus terkait gejala yang ditimbulkan dari varian ini.
Baca Juga :
Menilik Dampak Kenaikan Harga Ethereum pada Smart Contracts
Gejala FLiRT meliputi demam, sakit tenggorokan, pilek, dan kelelahan. Tidak seperti awal pandemi, saat ini lebih sedikit kemungkinan bagi seseorang untuk kehilangan indra perasa dan penciuman saat terinfeksi COVID-19. Namun, beberapa orang mungkin masih mengalami gejala tersebut. Seseorang yang terjangkit varian FLiRT juga dapat mengalami gejala gastrointestinal, seperti diare, mual, dan muntah. Ini terkadang disalahartikan sebagai gejala norovirus atau virus yang menyebabkan muntah dan diare. Cara Pencegahan Varian FLiRT Meski varian FLiRT dapat menembus kekebalan vaksin terbaru, cara pencegahan terbaik dari varian ini adalah tetap dengan melakukan vaksinasi. Dihimpun laman Yale Medicine, vaksinasi secara signifikan dapat menurunkan risiko seseorang terkenan penyakit parah, rawat inap, hingga kematian akibat COVID-19. Terlebih, vaksinasi sangat dianjurkan untuk para lansia atau di atas 65 tahun. Sebab, faktor risiko terbesar akibat COVID-19 terletak pada usia lanjut. Lebih lanjutnya, pencegahan lain yang dapat membantu adalah menghindari orang yang sedang sakit, menggunakan masker, mencuci tangan dengan benar, dan meningkatkan ventilasi. Masyarakat juga diharapkan tetap waspada terhadap tingkat penularan COVID-19 di sekitar tempat tinggal dan bekerja.