Penurunan Penjualan Kendaraan Roda Empat Mengancam Sektor Otomotif
Kondisi penurunan penjualan kendaraan roda empat di Indonesia kini mulai menimbulkan kekhawatiran terhadap stabilitas industri otomotif. Kondisi ini memicu ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) yang semakin nyata, terutama bagi sektor komponen otomotif dalam negeri.
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara, menjelaskan bahwa penurunan permintaan mobil berdampak langsung pada seluruh rantai pasok industri otomotif. Ia menyoroti masuknya kendaraan listrik impor yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) rendah sebagai faktor pemicu utama permasalahan ini.
“Jika penjualan dan permintaan semakin menurun, maka supply akan semakin berkurang,” ujar Kukuh dalam sebuah diskusi mengenai insentif kendaraan listrik impor di Jakarta.
Penjualan Mobil Menurun Signifikan
Data dari Gaikindo menunjukkan bahwa penjualan mobil secara wholesales pada tahun 2024 mencapai 865.723 unit, turun sebesar 13,9 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 1,03 juta unit. Segmen mobil kelas menengah, yang harganya berkisar antara Rp 200 juta hingga Rp 400 juta, menjadi yang paling terdampak.
Segmen ini sebelumnya menjadi tulang punggung pasar mobil nasional, kontribusinya mencapai hampir setengah dari total penjualan. Namun, dari jumlah 551.000 unit pada tahun 2014, kini hanya tersisa 315.000 unit pada tahun 2024, turun lebih dari 40 persen dalam satu dekade.
Penurunan ini juga berdampak langsung pada industri komponen dalam negeri, yang sebagian besar bergantung pada produksi dari segmen mobil kelas menengah. Di sisi lain, mobil listrik berbasis baterai impor justru mengalami pertumbuhan pesat. Pada periode yang sama, jenis kendaraan ini meningkat sebesar 17 persen di segmen menengah.
Dampak Krisis pada Industri Komponen
Kukuh menyebutkan bahwa dampak penurunan penjualan mobil lokal sangat besar bagi industri komponen otomotif. Industri ini terdiri dari ribuan perusahaan, termasuk sektor Industri Kecil dan Menengah (IKM). “Dampaknya terasa pada kandungan lokal yang berperan penting dalam industri kendaraan bermotor kita,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa banyak pelaku usaha komponen sudah mulai mengeluhkan kondisi ini. “Jika volume penjualan terus menurun, maka supply akan semakin berkurang,” tegas Kukuh.
Peran Industri Otomotif dalam Ekonomi Nasional
Industri otomotif memiliki peran signifikan dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan data dari Gaikindo dan Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM), ekosistem otomotif di Indonesia telah mapan dengan rantai pasok yang kuat. Terdapat 22 produsen (OEM), 550 pemasok Tier 1, serta sekitar 1.000 pemasok Tier 2 dan 3, termasuk UKM.
Industri ini menyerap sekitar 1,5 juta tenaga kerja, mulai dari perusahaan besar hingga UMKM. Pada tahun 2024, Indonesia mampu memproduksi sekitar 1,2 juta unit mobil, menjadikannya produsen mobil terbesar kedua di ASEAN. Selain itu, ekspor mobil mencapai lebih dari 500.000 unit dengan nilai mencapai 8 miliar dollar AS ke lebih dari 100 negara.
Kontribusi sektor ini terhadap PDB manufaktur nasional mencapai sekitar 8 persen, menempatkan industri otomotif di posisi lima besar.
Upaya Pemerintah untuk Menghadapi Krisis
Menanggapi situasi ini, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kementerian Perindustrian, Mahardi Tunggul Wicaksono, menyatakan bahwa pihaknya sedang melakukan antisipasi dengan mendorong industri komponen untuk memperluas pasar. “Kami mulai mengarahkan industri komponen untuk switching bukan hanya membuat komponen untuk kendaraan listrik, tetapi juga bisa menyasar ke sektor industri aviasi dan maritim,” ujarnya.
“Switching-nya akan lebih mudah jika mereka mulai menyasar ke sektor-sektor tersebut. Kami sudah mulai melakukan komunikasi,” lanjut Tunggul.
Upaya ini diharapkan dapat memberikan angin segar bagi industri komponen otomotif dalam negeri di tengah tantangan yang semakin berat.