Peran Kecerdasan Buatan dalam Dunia Pendidikan
Gelombang arus modernisasi teknologi dan digitalisasi kini menjadi tantangan baru di berbagai bidang, termasuk dunia pendidikan. Fenomena ini kembali mencuri perhatian setelah munculnya kontroversi terkait penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam pembuatan karya tulis, tugas akademik, hingga penyusunan skripsi yang kemudian diklaim sebagai karya asli.
Melalui unggahan akun media sosial-nya, Rian Juniar menyoroti bagaimana digitalisasi dan perkembangan teknologi kecerdasan buatan telah menjadi dasar penting dalam proses pembelajaran maupun produksi pengetahuan. Namun, di sisi lain, kehadiran AI juga menimbulkan persoalan serius terkait keaslian karya.
Menurut Rian, kemampuan AI dalam mengolah data secara mendalam, meniru pola retorika, hingga menghasilkan teks terstruktur hanya melalui prompt teks membuat karya buatan AI tampak sangat mirip dengan tulisan manusia. Kondisi ini menyebabkan kedua jenis tulisan tersebut kerap sulit dibedakan secara formal.
Meski demikian, Rian menegaskan bahwa terdapat perbedaan mendasar antara karya tulis manusia dan teks yang dihasilkan AI. Tulisan manusia, ujarnya, lahir dari proses berpikir reflektif, intuitif, dan dipengaruhi pengalaman empiris penulis. Intuisi, dalam perspektif filsafat, merupakan hasil pengendapan pengalaman, persepsi, dan sensibilitas personal—unsur yang tidak dapat direplikasi secara autentik oleh sistem AI.
“Pengalaman langsung memberi manusia perspektif dan penilaian nilai yang melekat dalam teks, sedangkan AI hanya melakukan konstruksi bahasa berdasarkan pola probabilistik dari data,” jelasnya.
Kendati demikian, Artificial Intelligence (AI) unggul dalam konsistensi struktur, keterhubungan antarbab, serta akurasi pengolahan informasi, tulisan manusia tetap memiliki spontanitas dan kedalaman pengalaman yang bersifat non-algoritmik. Inilah yang menurut Rian menjadikan karya manusia memiliki karakter dan orisinalitas yang tidak bisa sepenuhnya digantikan AI.
Dirinya menambahkan, kecerdasan buatan memang menghasilkan teks yang rapi dan terstruktur sehingga mudah diikuti oleh pembaca. Namun kemampuan tersebut tidak menghapus perbedaan fundamental antara keduanya. Tulisan manusia tetap membawa unsur emosional, intuisi, subjektivitas reflektif, serta kedalaman pengalaman yang tidak dimiliki AI.
Melalui cuitannya, Rian menyatakan bahwa meski AI dapat membantu proses penulisan, keotentikan dan kedalaman makna dari karya tulis manusia tetap tidak tergantikan.
“AI dapat melengkapi, tetapi tidak bisa menggantikan,” pungkasnya.
Keuntungan dan Tantangan Penggunaan AI dalam Pendidikan
AI memiliki sejumlah keuntungan yang signifikan dalam dunia pendidikan. Diantaranya:
- Efisiensi dalam pengolahan informasi – AI mampu mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan data dalam waktu singkat.
- Konsistensi struktur teks – AI menghasilkan teks yang rapi dan terstruktur, sehingga memudahkan pembaca dalam memahami isi.
- Bantuan dalam proses penulisan – AI dapat membantu siswa dalam merancang skema penulisan, mengedit kalimat, atau memberikan saran peningkatan kualitas tulisan.
Namun, penggunaan AI juga membawa tantangan yang perlu diperhatikan:
- Kemungkinan plagiarisme – Jika tidak diawasi dengan baik, penggunaan AI dapat menyebabkan karya yang dianggap asli justru berasal dari AI.
- Kurangnya kedalaman pengalaman – AI tidak memiliki pengalaman hidup yang kompleks seperti manusia, sehingga karya yang dihasilkan kurang memiliki nuansa emosional dan intuisi.
- Ketergantungan pada teknologi – Terlalu banyak bergantung pada AI dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis dan kreativitas siswa.
Mempertahankan Orisinalitas dalam Era Digital
Dalam era digital yang semakin berkembang, penting bagi lembaga pendidikan untuk memastikan bahwa karya tulis tetap memiliki orisinalitas. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa langkah:
- Meningkatkan kesadaran akan etika penulisan – Siswa perlu diajarkan untuk menghargai karya orang lain dan memahami konsekuensi dari plagiarisme.
- Menerapkan sistem deteksi plagiasi – Teknologi seperti plagiarism checker dapat digunakan untuk memastikan bahwa karya yang diserahkan benar-benar berasal dari penulis.
- Mendorong penggunaan AI secara bertanggung jawab – AI boleh digunakan sebagai alat bantu, tetapi tidak boleh menggantikan proses berpikir kritis siswa.
Dengan demikian, AI dapat menjadi alat yang bermanfaat dalam pendidikan, selama digunakan dengan bijak dan tetap menjaga nilai-nilai intelektual yang sesungguhnya.







