Menteri Kebudayaan Fadli Zon meresmikan monumen yang menandai kedatangan Cornelis de Houtman di kawasan Banten Lama, Kota Serang, Provinsi Banten, pada hari Ahad, 26 Oktober 2025. Monumen ini menjadi bukti bahwa daerah setempat telah memiliki peradaban yang maju dan modern, jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa.
Fadli Zon menjelaskan bahwa berbagai infrastruktur penting telah berdiri kokoh saat de Houtman tiba di Banten pada akhir abad ke-16. “Kita melihat di Banten ini sudah ada peradaban yang cukup maju ditandai dengan sejumlah bangunan yang menjadi cagar budaya,” ujarnya saat meresmikan monumen tersebut.
Salah satu bangunan bersejarah itu adalah Masjid Banten Lama yang sudah berdiri jauh sebelum Cornelis de Houtman datang pada tahun 1527. “Kemudian Keraton Surosowan juga sudah berdiri, dan juga benteng yang zigzag itu sudah ada atau sudah berdiri,” tambahnya.
Rekonstruksi Sejarah Banten
Menurut dia, peresmian monumen ini merupakan bagian dari upaya besar untuk melakukan rekonstruksi sejarah dan menunjukkan posisi Banten sebagai pelabuhan niaga internasional yang penting pada masanya, tempat terjadinya akulturasi budaya yang dinamis.
Ia juga menyoroti temuan para ahli sejarah bahwa kantor pertama perusahaan multinasional Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) didirikan di Banten pada tahun 1603, sebelum akhirnya dipindahkan ke Batavia. “Jadi kita menandai ini dalam rangka bahwa Banten ini pelabuhan besar perdagangan ketika itu,” katanya.
Ia berharap ke depan agar sejarah besar Banten tidak hanya ditandai dengan monumen, tetapi juga dihidupkan kembali melalui pemugaran. Ia secara khusus menyebut keinginannya untuk memugar kembali Keraton Surosowan dan Kaibon. “Bayangan saya, harus pugar kembali Keraton Surosowan, Kaibon. Jadi tidak dibiarkan begitu dan itu harus diaktivasi menjadi pusat-pusat budaya, pusat sejarah,” ujarnya.
Dengan aktivasi tersebut, Fadli Zon berharap, situs Banten Lama dapat diviralkan sebagai destinasi utama wisata budaya dan edukasi, baik bagi wisatawan domestik maupun internasional. “Ini juga menghidupkan wisata budaya yang ada di Banten,” kata dia.
Upaya Pemugaran dan Pengembangan Budaya
Selain itu, Fadli Zon menekankan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan sejarah Banten. Ia mengungkapkan bahwa pemugaran akan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, termasuk dalam pembenahan infrastruktur dan penataan ruang di sekitar situs-situs bersejarah.
- Pemugaran akan dilakukan dengan mempertimbangkan aspek historis dan kebutuhan masyarakat lokal.
- Diharapkan, hasil pemugaran bisa memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi warga sekitar.
- Keterlibatan komunitas lokal akan menjadi salah satu faktor utama dalam proses pemugaran.
Ia juga menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah, lembaga budaya, dan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan sejarah dan budaya Banten. “Perlu adanya kesadaran kolektif bahwa sejarah dan budaya adalah bagian dari identitas kita,” ujarnya.
Potensi Wisata Budaya Banten
Banten memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata budaya dan edukasi. Dengan pengembangan yang tepat, wilayah ini bisa menjadi salah satu ikon wisata sejarah di Indonesia.
- Situs-situs bersejarah seperti Masjid Banten Lama dan Keraton Surosowan dapat menjadi pusat aktivitas budaya.
- Edukasi tentang sejarah Banten dapat dilakukan melalui program-program pendidikan dan pelatihan.
- Penyediaan fasilitas pendukung seperti museum, pusat informasi, dan jalur wisata akan meningkatkan daya tarik wisatawan.
Dengan langkah-langkah yang sistematis dan terencana, Banten dapat menjadi contoh nyata dalam pelestarian sejarah dan budaya yang berkelanjutan. Menteri Fadli Zon berharap, ke depan Banten akan semakin dikenal dan diakui sebagai salah satu pusat sejarah yang penting di Nusantara.




 
									 
					


