Muhammadiyah Ajak Waspadai Pengaruh Feminis Liberal yang Masif Pengaruhi Institusi Pendidikan

InfoMalangRaya.com—Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir menyoroti liberalisasi yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia yang dimunculkan dari kelompok feminis liberal dalam beberapa tahun belakangan ini.
Hal itu disampaikan Haedar pada Jumat (4/10/2024) dalam Peresmian Gedung UMY Student Dormitory dan Djarnawi Hadikusuma di kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kabupaten Bantul.
“Kita saat ini sedang berada di lanskap perubahan sosial global yang luar biasa. Di mana nilai-nilai liberal dalam kehidupan itu secara masif tidak terasa maupun terasa, masuk dalam kehidupan kita sebagai bangsa, bahkan kita menjadi longgar nilai,” katanya.
Jalan liberalisasi yang terbuka mengangah di Indonesia banyak membawa arus perubahan sosial, di antaranya adalah masuknya LGBT. Dalam isu LGBT, katanya, memang ada sisi kemanusiaan. Tapi melenceng dari sisi norma konstitusi, agama dan budaya luhur bangsa.
“Longgar terhadapnya berarti kita dalam posisi orientasi sekuler, liberal yang hanya berorientasi pada humanisme Barat yang tidak kita seleksi,” katanya dikutip laman Muhammadiyah.
Saat ini, imbuh Haedar, kelompok feminis liberal di Indonesia masih berada pada posisi paradigma yang netral nilai. Di saat bersamaan kelompok ini berhasil masuk di dalam policy negara.
Terkait itu Haedar mengimbau supaya tidak menganggap ini masalah ringan.
“Ini adalah proses liberalisasi yang masuk secara masif dalam lima tahun dalam lembaga pendidikan negara ini. Nyaris pada peta pendidikan nasional iman, taqwa, dan akhlak mulia juga hilang. Padahal itu ada di Pasal 31 UUD 1945,” ungkap Haedar.
Oleh karena itu Haedar berpesan supaya institusi pendidikan Muhammadiyah untuk tetap concern pada Islam Berkemajuan yang moderat, dengan tetap menanamkan nilai iman, takwa, dan akhlak mulia yang kokoh.
Pandangan Islam Berkemajuan meniscayakan pandangan yang inklusif, tidak menjadikan peserta didik menjadi eksklusif – seakan hidup sendiri. Institusi pendidikan Muhammadiyah diharapkan mengokohkan keagamaan peserta didik, dengan tetap bisa menerima keragaman agama, suku, ras, dan seterusnya.
Pada kesempatan ini Haedar juga menekankan supaya di institusi pendidikan Muhammadiyah untuk menghindari bullying, termasuk kekerasan seksual, dan ungkapan-ungkapan fisik.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *