Muhammadiyah Jogja Expo 2025: Wadah Strategis untuk UMKM dan Ekonomi Kreatif
Muhammadiyah Jogja Expo (MJE) 2025 dianggap sebagai momen penting bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta ekonomi kreatif di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Gelaran yang keempat kalinya ini akan digelar pada tanggal 12 hingga 14 September di Jogja Expo Center (JEC), Yogyakarta.
Event ini diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY dan dirancang untuk menjadi ruang yang mampu memperkuat kolaborasi antara pelaku UMKM, baik dari komunitas Muhammadiyah maupun masyarakat umum. Tidak hanya itu, MJE juga melibatkan 145 UMKM binaan Dinas Koperasi dan UMKM DIY melalui platform SiBakul.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DIY, Srie Nurkyatsiwi, menekankan bahwa kolaborasi menjadi kunci utama dalam pengembangan UMKM. Ia menyatakan bahwa para pelaku UMKM tidak dapat bekerja sendiri tanpa dukungan dan kerja sama. “Harus ada inovasi, kreativitas, serta kemampuan beradaptasi sesuai kebutuhan pasar,” ujarnya.
Menurutnya, MJE bukan hanya menjadi wadah promosi produk, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan pembentukan jejaring kolaborasi yang kuat. Ia menambahkan bahwa setiap produk UMKM harus memiliki arah yang jelas agar bisa diterima oleh pasar dan berkembang menuju kemandirian ekonomi. “Pastinya, kita harus menyesuaikan agar produk-produk UMKM ini bisa diterima dan memiliki tujuan yang jelas,” tambahnya.
Ketua PP Muhammadiyah, Agung Danarto, menyoroti pentingnya penguatan sektor ekonomi sebagai pilar baru gerakan Muhammadiyah. Ia menjelaskan bahwa penguatan ekonomi ini merupakan implementasi nyata dari semangat teologi Al-Ma’un, yang menjadi dasar gerakan Muhammadiyah. “Sudah saatnya Muhammadiyah mendorong umat Islam, khususnya warga persyarikatan, untuk memperkuat dimensi ekonomi. Esensi pertolongan dalam surat Al-Ma’un bukan hanya pendidikan dan kesehatan, tetapi juga kesejahteraan,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa ekonomi yang dikembangkan Muhammadiyah bukanlah model kapitalistik yang hanya mengejar keuntungan. Sebaliknya, model ekonomi yang diterapkan adalah berbasis pemberdayaan masyarakat. “Model yang diutamakan adalah ekonomi padat karya agar dapat menyerap banyak tenaga kerja, sekaligus menjadi solusi pengentasan pengangguran dan kemiskinan,” tegasnya.
Selain itu, ekonomi yang dikembangkan Muhammadiyah bertujuan untuk mengatasi kemiskinan. “Bukan sekadar padat modal atau teknologi, tetapi juga padat karya sehingga banyak tenaga kerja terserap. Dengan begitu, pengangguran berkurang, kemiskinan pun menurun,” imbuhnya.
Ruang Diskusi dan Inovasi untuk UMKM
Ketua Panitia MJE 2025, Yulianto Neri, menjelaskan bahwa expo tahun ini menjadi ruang strategis untuk diskusi, inovasi, dan kolaborasi antar UMKM, terutama yang berada dalam binaan Muhammadiyah. Ia menekankan bahwa UMKM memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia karena menyerap lebih dari 90 persen tenaga kerja.
Untuk itu, diperlukan upaya serius dalam melakukan upscaling dan penguatan daya saing UMKM. “Tidak hanya menjadi etalase produk, expo ini juga ditarget memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Harapannya, dalam tiga hari pelaksanaan, nilai transaksi bisa menembus lebih dari Rp10 miliar,” pungkasnya.
Dengan adanya MJE 2025, diharapkan UMKM dan ekonomi kreatif di DIY dapat terus berkembang, saling mendukung, serta mampu berkontribusi besar dalam perekonomian nasional.