InfoMalangRaya.com—Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Banyuwangi melarang umat Islam mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad dengan cara mencapuradukkan tradisi Islam dengan agama lain yang tidak mencerminkan tanda kecintaan pada Baginda Nabi ﷺ.
Himbauan ini dilakukan terkait maraknya kegiatan pawai berkedok peringatan Maulid Nabi Muhammad. Tausyiah MUI Banyuwangi bernomor: 04/DO-MUI/KAB/09/2023, yang ditandatangani Dewan Pimpinan MUI Banyuwangi KH. Moh. Yamien, Lc (Ketua Umum) dan H. Imam Mukhlis, A.Ag, M.H.I (Sekretaris Umum) mengingatkan masyarakat untuk tidak memperingati maulid dengan tradisi agama lain.
MUI Kabupaten Banyuwangi juga mengatakan, sebelum ini pihaknya telah mendapatkan kritik keras dari organisasi Hindu terkait maraknya pawai yang menggunakan tradisi agamanya dengan dalih peringatan Maulid Nabi.
“Ogoh ogoh adalah boneka raksasa (miniatur) sebagai perwujudan bhuta kala (lambang makhluk jahat) yang diarak keliling desa pada malam menjelang Hari Raya Nyepi bagi Umat Hindu sebagai ritual keagamaannya, lalu dibakar sebagai simbol memusnahkan kejahatan,” demikian bunyi Tausyiah MUI Kabupaten Banyuwangi.
Tradisi yang dimaksud MUI adalah fenomena yang terjadi ditengah masyarakat Banyuwangi yang dengan dalih memperingati maulid Nabi kerap kali mengadakan kegiatan pawai/ta’aruf kembang endhok (kembang telor) dengan berbagai macam pernak-perniknya termasuk membuat Ogoh ogoh berbentuk miniatur: butha kala yang menyeramkan, gajah, naga dan sejenisnya dengan diiringi gamelan Bali (bleganjur).
Tarian ini, menurut MUI diarak mengelilingi kampung/desa dengan digoyang-goyangkan. Padahal pihak MUI telah banyak mendapatkan kritik dan reaksi negatif dari berbagai komponen masyarakat muslim, termasuk PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia) Kabupaten Banyuwangi.
Karenanya, MUI membuat Tim Fatwa dan telah melakukan pengumpulan data di lapangan. Hadil pengkajian dan pembahasan masalah ini telah dibahas dalam rapat pada tanggal 14 September 2023, menghasilkan rumusan tausiah untuk dipedomani dan dilaksanakan warga muslim di Kabupaten Banyuwangi.
Di bawah ini bunyi rumusah tausiah MUI Kabupaten Banyuwangi:
Pertama, ogoh ogoh adalah boneka raksasa (miniatur) sebagai perwujudan bhuta kala (lambang makhluk jahat) yang diarak keliling desa pada malam menjelang Hari Raya Nyepi bagi Umat Hindu sebagai ritual keagamaannya, lalu dibakar sebagai simbol memusnahkan kejahatan.
Kedua, mengajak kepada masayarakat muslim di Kabupaten Banyuwangi untuk bisa memilah dan membedakan antara kegiatan budaya dan kegiatan ritual keagamaan. Tiga, hukum kegiatan pawai Ogoh ogoh dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad ﷺ, Hari Besar Islam dan Hari Besar Nasional adalah HARAM dilakukan, karena tasyabbuh (menyerupai) kegiatan ritual keagamaan umat Hindu.
Empat, mengajak Masyarakat Islam untuk selalu melestarikan seni Budaya Islami dan meneladani Nabi Muhammad ﷺ, serta mengambil hikmah setiap penyelenggaraan peringatan hari besar Islam dan hari besar Nasional.
Lima, menghimbau kepada tokoh agama dan tokoh masyarakat serta takmir masjid agar melarang segala jenis hiasan kembang telur yang berupa boneka Ogoh-ogoh dan barong barongan masuk kedalam area kegiatan Maulid Nabi.
Enam, menghimbau kepada pemerintah, pengambil kebijakan serta tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk turut serta membantu “melarang “kegiatan pawai Ogoh ogoh.
Tujuh, mengajak pada tokoh agama dan masyarakat untuk turut serta membimbing dan mengarahkan masyarakat pada kegiatan-kegiatan yang positif dan berakhlaq karimah didalam memperingati Maulid Nabi Muhammad ﷺ.*
MUI Banyuwangi Larang Warga Peringati Maulid Nabi Tampilkan Ogoh ogoh, Ormas Hindu juga Keberatan
