InfoMalangRaya – Saat kebanyakan orang bisa menikmati berbagai menu pilihan sesuka hati untuk berbuka puasa, tidak demikian halnya bagi Enik Purwatiningsih (51) dan keluarganya, Jum’at (31/3/2023).
Enik Purwatiningsih hanya bisa duduk di atas sofa bercampur dengan tumpukan barang lainnya, akibat sakit stroke yang dideritanya hampir tiga tahun terakhir. Tidak memungkinkan bagi dirinya untuk bisa sekadar menyiapkan makanan. Apalagi, sajikan menu yang sesuai kesukaan suami dan anak semata wayangnya.
“Karena sakit stroke ini, sudah lebih dua tahun. Bisanya ya begini (duduk di kursi). Sudah rutin berobat, tetapi tetap saja sakitnya,” aku Enik Purwatiningsih, didampingi putri kesayangannya, Akifa Fahira Qotrunnada, Jum’at (31/3) sore.
Keluarga kecil ini tinggal di sebuah rumah punden, di Jalan Adi Utomo Nomor 19 Kelurahan Ardirejo Kepanjen Kabupaten Malang. Kondisi rumahnya tampak berantakan, dan tidak terlihat nasi dan makanan yang tersaji di meja makan.
Meski hanya tinggal dengan dua anggota keluarga lain, hidup sehari-hari terasa berat bagi keluarga ini. Terlebih, untuk kebutuhan makan sehari-hari sekalipun, tidak mudah bisa dipenuhi oleh Hartono (52), suami Enik Purwatiningsih.
Kepada InfoMalangRaya, Enik berkisah, jika suaminya hanya bekerja serabutan seadanya, tidak punya gaji atau penghasilan tetap. Dari hasilnya bekerja, itupun bisa dibilang sangat tidak layak.
“Suami memang tidak bisa bekerja jauh dari saya, atau bekerja ikut orang. Ya, karena memang harus juga sering-sering memastikan kondisi Saya. Kadang dapat uang, kadang juga tidak,” ungkapnya.
Apa yang disampaikan Enik ini juga dibenarkan putri satu-satunya.
“Ayah kalau pulang kerja bawa uang Rp 15 ribu. Kadang juga tidak dapat uang. Tetapi, kalau sekolah Saya dikasih uang saku 4 ribu rupiah,” aku Akifa Fahira polos.
Ia sendiri kini masih duduk di bangku SD kelas II. Untuk anak seusianya, Akifa pun harus merelakan waktunya banyak di rumah, dan tidak bisa sering bermain seperti halnya anak-anak lainnya.
“Pulang sekolah banyak di rumah, harus menunggui dan membantu bunda. Ya, kayak mengambilkan pakaian atau menyiapkan kursi di kamar mandi,” ungkapnya.
Karuan saja, pengakuan polos anaknya ini menjadikan Enik terenyuh. Ia merasa bersalah atas apa yang dialami putri cantiknya ini, karena kondisi sakit yang dialami.
Enik dan keluarganya memang tercatat menjadi peserta aktif BPJS Kesehatan untuk Kelas 3 Mandiri. Setiap bulan harus membayar iuran Rp 105 ribu, sebenarnya dirasakan cukup berat. Untuk bisa membayarnya, tak jarang harus dari uang santunan kerabatnya.
Pun demikian, untuk kebutuhan makan sehari-hari, keluarganya lebih sering mendapatkannya dari kerabat atau orang sekitar yang peduli keadaannya.
Sangat disayangkan, orang susah dan tak berada seperti keluarganya belum terbantu dengan bantuan rutin dari manapun. Termasuk bansos pemerintah yang banyak jenisnya. Sementara, putrinya sendiri juga tidak masuk menjadi peserta KIP (Kartu Indonesia Pintar).
Enik mengaku, tidak mendapatkan bantuan (bansos) apapun.
“Pernah ada yang survei dari kelurahan, tetapi tidak ada kelanjutannya. Kenapa kami tidak bisa mendapatkannya,” ujar Enik pasrah.
Sebagai orang tua, kondisi yang dialaminya selama ini tak ingin seterusnya. Apalagi, sampai harus menyusahkan keluarga dan mengorbankan masa depan putrinya. (Choirul Amin)
The post Nestapa Karena Sakit Menahun yang Diderita, Keluarga Ini Hidup dari Upah Sedapatnya appeared first on InfoMalangRaya.com.