InfoMalangRaya, Indonesia – Setelah 23 tahun, timnas Kolombia akhirnya kembali lolos ke final Copa America. Kali terakhir Los Cafeteros berada di sana pada 2001. Ketika itu, mereka tampil sebagai juara. Kini, tim asuhan Nestor Lorenzo tentu saja diharapkan mampu mengulangi prestasi indah itu.
Harapan itu memang tertumpah ke pundak seluruh anggota skuad Kolombia. Namun, terutama tentu saja kepada Lorenzo sebagai nakhoda. Bagaimanapun, dialah aktor utama kesuksesan Los Cafeteros saat ini. Dia telah melakukan kerja mustahil sejak ditunjuk jadi penerus Reinaldo Rueda pada 9 Juli 2022.
Saat Asosiasi Sepak Bola Kolombia mendatangkan Lorenzo, banyak orang bertanya-tanya. Salah satunya, sang legenda, Carlos Valderrama. Maklum saja, dia tak punya nama besar. Dia hanya terkenal sebagai asisten atau tangan kanan Jose Pekerman. Termasuk saat di timnas Kolombia pada 2012 hingga 2019.
Meskipun tak menentang, Valderrama terang-terangan kurang setuju. “Saya selalu ingin timnas Kolombia ditangani orang Kolombia karena kami sebetulnya punya pelatih yang kompeten. Namun, mereka sudah menunjuk Nestor Lorenzo,” kata dia pada 2022 seperti dikutip InfoMalangRaya dari El Tiempo.
Pembuktian Nestor Lorenzo
Satu hal yang positif, Carlos Valderrama memberikan dukungan penuh. Dia juga tak terlalu mempermasalahkan faktor pengalaman karena tahu Nestor Lorenzo pernah lama jadi asisten Jose Pekerman di timnas Kolombia. Pengalaman jadi asisten Pekerman dinilai sebagai modal yang cukup untuk menangani Los Cafeteros.
Label asisten Pekerman itu tak dipermasalahkan oleh Lorenzo. “Reaksi yang ada bagus. Mereka mengingat saya sebagai asisten Pekerman. Namun, ada juga pertanyaan soal apa yang bisa saya lakukan sekarang ketika saya sendirian. Saya diam dengan ide-ide saya,” ucap dia kepada The Athletic.
Dari situlah perjuangan Lorenzo untuk membuktikan diri dimulai. Dia mengejawantahkan ide-idenya menjadi karya nyata. Dia membentuk tim Los Cafeteros yang tangguh dengan merevitalisasi pemain-pemain senior penting dan memasukkan sejumlah muka baru yang sebelumnya terabaikan.
Setahun berlalu yang ditandai dengan kemenangan 2-0 atas Jerman, Valderrama memuji Lorenzo. “Tim telah berubah. Beberapa veteran masih ada dan sejumlah pemain baru memberikan respons bagus. Atmosfer yang ada juga bagus. Dia mengubah semuanya dan dengan pintar memanggil para veteran yang masih dalam performa bagus,” ujar dia.
Revitalisasi James Rodriguez
Salah satu prestasi besar Nestor Lorenzo adalah merevitalisasi performa James Rodriguez yang mulai jadi musuh bersama dan jadi sasaran tembak ketika timnas Kolombia gagal lolos ke putaran final Piala Dunia 2022. Bagi pelatih kelahiran 28 Februari 1966 itu, James memang figur penting.
“Pemain pertama yang saya temui setalah saya menerima pekerjaan ini adalah James. Saya terbang ke Qatar untuk bertemu dia dan meminta komitmennya untuk timnas. Saya katakan, ‘Hal pertama yang harus dilakukan adalah keluar dari sini dan bermain di liga yang lebih kuat,’” kata Lorenzo.
Dia menambahkan, “Dia menurut. Dia pindah ke Yunani, bergabung dengan Olympiakos, meskipun kehilangan uang (pengurangan gaji). Saya mengagumi itu. Dia melakukan itu bukan untuk saya, melainkan untuk timnas. Lalu, ketika dia tak fit dan tak bermain (di Sao Paulo), saya bilang jangan kahawatir. Dia melakukan segalanya untuk bermain di Copa America.”
Komitmen kuat itulah yang membuat Lorenzo dengan sangat yakin memberikan ban kapten kepada James Rodriguez. Sang pemain pun memberikan jawaban dengan torehan rekor 6 assist dan 1 gol hingga semifinal. Dia terlahir kembali seperti saat jadi top scorer Piala Dunia 2014.
Membangun Tim di Sekitar James
Sejak awal, Nestor Lorenzo membayangkan James Rodriguez sebagai pusat permainan timnas Kolombia. Dia masih yakin pada kemampuan istimewa sang gelandang. Itu sebabnya, dia meminta komitmen sang pemain. Ketika James menyanggupi, setengah dari rencananya sudaj kelar.
Di Los Cafeteros, Lorenzo benar-benar membangun tim di sekitar James. Setiap rencana dan formasi yang dibuat, dia selalu menyesuaikan dengan peran yang akan dimainkan sang pemain. Dia mengubah pola 4-3-3 jadi 4-3-1-2 dengan James sebagai nomor 10 klasik. Formasi itu ampuh menekuk Jerman 2-0.
Lorenzo pun sangat terbantu oleh keberadaan pemain-pemain dapat diandalkan untuk menopang sang kapten. Luis Diaz, Jhon Cordoba, Richard Rios, dan Jhon Arias. Dua sosok terakhir direkrut berdasarkan intuisinya yang tajam. Sebelumnya, mereka adalah talenta yang tersia-sia.
Berkat tangan dinginnya, dia membawa Kolombia tak terkalahkan dalam 28 pertandingan. Itu sudah melewati rekor 27 laga tak terkalahkan semasa Los Cafeteros dilatih Francisco Maturana. Kini, tantangan besar akan dihadapinya di final Copa America 2024. Los Cafeteros harus melawan Argentina, sang juara bertahan yang juga juara Piala Dunia.