Nobar di Bioskop, Bedah Film Hamka di Kafe

NASIONAL186 Dilihat

InfoMalangRaya.com—Setelah tiga kali sukses menggelar kegiatan Nobar & Bedah Film Buya Hamka di Jakarta, Sekolah Pemikiran Islam (SPI) menggelar acara serupa di Bandung pada Kamis (04/05/2023) silam.
Berbeda dengan di Jakarta, nobar dan bedah film digelar di dua tempat yang berbeda, yaitu di Cinepolis Istana Plaza dan Teabumi Tea House yang hanya berjarak puluhan meter dari Istana Plaza.
Sebagaimana pengalaman di Jakarta, kegiatan ini juga diminati oleh banyak kawula muda Bandung yang tertarik untuk mengenal sosok Buya Hamka secara lebih mendalam.
Sebanyak 70-an jatah kursi yang tersedia ludes terpesan hanya dalam hitungan hari saja. “Cukup banyak juga peminat yang tidak kebagian tiket. Apa boleh buat, kami memang hanya bisa menyediakan tempat sesuai kapasitas bioskopnya,” ujar Rizqan Dhafin, Kepala SPI Bandung.
Meski pelaksanaannya terhitung sukses, namun bukannya tanpa kendala. Format acara yang mengharuskan dilakukannya mobilisasi peserta dirasa sebagai masalah terbesar oleh pengurus SPI Bandung.
“Karena satu dan lain hal, bedah film tidak bisa digelar langsung di bioskop. Karena itu, apa boleh buat seluruh peserta harus dimobilisasi ke Teabumi Tea House. Alhamdulillaah lokasinya tidak seberapa jauh. Selain itu, karena tidak diadakan di akhir pekan, jadi kafenya tidak ramai,” ujar Siti Robiah, salah seorang pengurus SPI Bandung.
Bedah film Buya Hamka digelar karena memang ada urgensinya. Demikianlah yang dituturkan oleh Akmal Sjafril, Kepala SPI Pusat yang menjadi pembicara tunggal dalam bedah film tersebut.
“Kalau hanya ingin menonton filmnya, tentu tak perlu nobar dengan SPI. Tapi kita di SPI sangat merasa berkepentingan untuk mendorong generasi muda Muslim untuk mempelajari pemikiran tokoh-tokoh Islam pendahulu kita secara lebih mendalam, salah satunya Buya Hamka. Hal ini penting untuk menghindari kesalahpahaman dalam menelaah pemikiran-pemikiran para tokoh ini,” ujar Akmal.
Khusus Buya Hamka, menurut Akmal, memang banyak yang berusaha menunggangi nama besarnya untuk kepentingan masing-masing. “Ketika kuliah S2 di UIKA (Universitas Ibn Khaldun, Bogor – peny.), saya menulis tesis untuk merespon sejumlah kasus manipulasi sejumlah pernyataan Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar yang dilakukan demi mendukung ideologi pluralisme agama. Sederhananya, kata-kata Buya dalam tafsirnya dipelintir sehingga nampak seolah-olah beliau menganggap semua agama sama,” tandas Akmal lagi.
Melalui SPI, Akmal banyak menyampaikan kajian seputar pemikiran Buya Hamka. Pada awal 2022, SPI juga sempat menggelar Kursus Singkat Spesial bertajuk “Kenang-kenangan Hidup Buya Hamka” dalam format daring.
“Insya Allah SPI akan kembali menggelar kursus singkat dengan tema yang sama, mungkin dalam dua format, yaitu offline dan online,” pungkas lelaki yang tesisnya telah diterbitkan dalam format buku dengan judul Buya Hamka: Antara Kelurusan ‘Akidah dan Pluralisme ini.*/SPI Media Center

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *