Jakarta (IMR) – Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) membantu Pertamina Group menyediakan energi bersih untuk masayarakat melalui program Desa Energi Berdikari (DEB) Pertamina.
“Program ini bertujuan untuk menciptakan kemandirian energi dan kemandirian ekonomi masyarakat desa,” ujar Corporate Secretary Pertamina NRE Dicky Septriadi.
Saat ini, lanjutnya, DEB Pertamina telah menyentuh 98 desa, dengan total kapasitas terpasang 536,74 kWp energi bersih di seluruh Indonesia. Dengan kapasitas tersebut, potensi penurunan emisi mencapai sekitar 665,6 ton CO₂ per tahun atau setara dengan menanam sekitar 31.694 pohon dewasa setiap tahunnya. “Sebuah kontribusi nyata Pertamina untuk masyarakat dan alam,” katanya.
Apa yang dilakukan Pertamina NRE, menurut Dicky, bukan sekadar menyuplai energi bersih, tapi juga memberikan pemahaman kepada masyarakat. Edukasi menjadi jantung dari program ini. Warga diajak memahami bahwa banyak potensi alam di sekitar mereka dapat menghasilkan listrik ramah lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung aktivitas sehari-hari.
“Program ini bukan hanya tentang teknologi energi baru terbarukan, tapi tentang membentuk ekosistem masyarakat yang mandiri, sadar lingkungan, dan siap menghadapi masa depan,” papar Dicky.
Dia menyatakan, kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan yang dipasang mungkin tidak besar, namun manfaat yang dirasakan sangat berarti bagi masyarakat. UMKM yang sebelumnya kesulitan berproduksi karena biaya listrik kini dapat beroperasi dengan lebih efisien. Bahkan, beberapa desa mulai menghasilkan surplus energi yang membuka peluang bisnis baru. Mereka mulai mengelola pembangkitan dengan biaya sukarela dari kelompok atau pengguna listrik tersebut.
“Upaya Pertamina NRE ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) tahun 2060. Desa Energi Berdikari menjadi model nyata bahwa transisi energi bisa dimulai dari akar rumput, yaitu dari desa, bukan hanya dari kota atau industri besar,” ujarnya.
Dicky juga menekankan, kolaborasi dengan unit Pertamina terdekat, pemerintah daerah, komunitas lokal, universitas hingga lembaga internasional turut memperkuat gerakan ini. Dia berharap, Desa Energi Berdikari kini bukan sekadar proyek tanggung jawab sosial dan lingkungan, melainkan sebuah gerakan sosial yang membangkitkan kesadaran bahwa masa depan bisa lebih cerah. “Bukan hanya karena listrik menyala, tapi karena harapan yang menyala dari setiap sudut desa di Indonesia,” kata Dicky.
Seperti diketahui, desa yang telah menikmati program Desa Energi Berdikari (DEB) diantaranya Desa Lubuk Hitam, Sumatera Barat. Tempat dimana masyarakat desa sekitar mendapatkan Listrik gratis dari Mikrohidro yang terpasang untuk mendukung kegiatan wisata mereka.
Begitu juga hutan di Besakih Bali. Panel-panel surya menghsilkan listrik untuk membantu para peternak lebah mengoperasikan mesin ekstraksi madu. Serta Nyala api dari kompor Biogas menyatu dengan udara yang sejuk di Boyolali, membantu warga desa agar dapurnya tetap mengepul. Ini bukan sekadar cerita desa-desa biasa.
Di Sulawesi Utara, manfaat serupa dirasakan oleh para peternak babi. Youke Sondakh, Ketua Peternakan Biapong di Minahasa, menuturkan, “Sekarang kandang babi bisa terang 24 jam tanpa bayar pulsa listrik atau solar lagi. Kami lebih hemat dan bisa menabung untuk beli indukan tambahan. Harapannya bantuan seperti ini bisa terus dikembangkan.”ujarnya. [kun]