Festival Biola di Museum Geologi Bandung Menawarkan Pengalaman Musik yang Unik
Festival Biola yang digelar oleh komunitas Acacia Yuks String Orchestra (AYSO) di Museum Geologi Bandung berlangsung selama dua hari, yaitu pada Sabtu dan Minggu, 29-30 November 2025. Acara ini menampilkan berbagai repertoar musik abad ke-20 dan ke-21 yang disaksikan oleh puluhan pengunjung museum. Pertunjukan ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga memperkaya pengalaman para pengunjung dengan menghadirkan nuansa musik klasik dalam suasana yang berbeda.
Menurut Kepala Museum Geologi Isnu Hajar Sulistyawan, konser orkestra memberikan daya tarik tambahan bagi pengunjung dan dapat meningkatkan jumlah kunjungan ke museum. Ia menjelaskan bahwa inovasi seperti ini penting untuk memperluas segmen peminat kunjungan. Dengan adanya pertunjukan orkestra, penggemar musik bisa datang ke museum dan melihat koleksi-koleksi yang dipajang. Sebaliknya, banyak pengunjung yang tertarik untuk melihat para pemain orkestra saat mereka tampil.
Pertunjukan dilakukan di lantai utama museum tanpa panggung. Para musisi tampil bergantian memainkan biola. Area pertunjukan berada di ruang lobby dekat pintu masuk, yang dibatasi oleh rentangan tali. Untuk kenyamanan penonton, disediakan kursi yang bisa digunakan untuk menikmati musik. Sesuai dengan karakter lagunya, para violis tampil baik secara solo, berduet, maupun dalam formasi quartet, serta diiringi piano. Meski suasana museum cukup ramai, musik tetap jelas terdengar dan bisa dinikmati tanpa saling mengganggu.

Pengunjung Museum Geologi Bandung, 30 November 2025. Tempo/ANWAR SISWADI
Pada hari pertama, acara dimulai pukul 12.30 WIB dengan enam komposisi musik. Antara lain Sonatina karya Germaine Tailleferre, Sergei Prokofiev, karya Arya Pugala Kitti, dan Grayna Bacewicz. Di sesi berikutnya, para pemain memainkan musik tarian seperti Swedische Tanze no. 6 karya A. Rontgen-Maier, Tango Etude no. 3 karya Astor Piazzolla, serta Romanian Folk Dances yang dikomposisi oleh Béla Bartók.
Di hari kedua, pertunjukan dimulai pukul 10.45 WIB dengan Delvina Paulin yang berduet dengan pianis Agus Wijaya. Mereka memainkan Violin Sonata in D Major K306 karya W. A. Mozart, African Dance (Samuel Coleridge Taylor), Danse Espagnole from La Vida Breve (Manuel de Falla/F. Kreisler), Schön Rosmarin (Fritz Kreisler), Romance (Amy Beach), dan Mazurka No 2, Op 23 (F. A. Drdla). Sesi berikutnya memainkan tembang-tembang sonata hingga ditutup dengan musik barok.
Direktur artistik komunitas AYSO, Hamzah Al Asadulloh, menyampaikan bahwa komunitas ini telah bekerja sama dengan Museum Geologi sejak lama. Selama delapan tahun terakhir, AYSO secara rutin tampil berkala sambil mengenalkan musik orkestra kepada pengunjung. Berbasis musik klasik atau art music, mereka juga memainkan lagu-lagu kebangsaan serta dangdut.
“Tingkat kompleksitas karya lagunya cukup menarik dibandingkan tembang pop yang lebih sederhana,” ujar Hamzah kepada Tempo di sela konser. Selain itu, AYSO secara rutin mengadakan konser orkestra tahunan di Bandung.







