Koperasi Desa Merah Putih Bentangan Mengalami Kenaikan Omzet yang Signifikan
Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih Bentangan di Klaten, Jawa Tengah, mencatatkan pencapaian yang mengesankan sejak awal operasionalnya. Dalam bulan pertama beroperasi, koperasi ini berhasil meraih omzet lebih dari Rp100 juta. Hal ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki oleh koperasi yang didirikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
Koperasi ini memiliki luas bangunan sebesar 600 meter persegi dan terdiri dari enam gerai. Beberapa di antaranya adalah klinik, apotek, gerai sembako, Pos Indonesia, serta penjualan pupuk dan gudang. Keberadaan berbagai layanan ini memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Menurut Ketua Kopdes, Bambang Gunarsa, omzet mingguan koperasi mencapai sekitar Rp15 juta pada pekan pertama September. Ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap layanan dan produk yang ditawarkan cukup tinggi. Awalnya, koperasi menggunakan skema konsinyasi untuk barang-barang seperti beras dari Bulog dan pupuk dari Pupuk Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, beberapa lini bisnis seperti pupuk dan LPG 3 kg sudah dibeli secara mandiri.
Meskipun ada perkembangan positif, Bambang menyebutkan bahwa tantangan utama yang dihadapi adalah keterbatasan modal. “Terus terang, kendala utama kami adalah modal. Kami putar uang yang ada untuk kulakan (belanja),” ujarnya. Saat ini, pihak koperasi masih menunggu sosialisasi dari pemerintah terkait tata cara pengajuan pinjaman ke bank Himbara. Dukungan pendanaan ini sangat diharapkan untuk melengkapi ketersediaan barang.
“Barang yang ada di koperasi masih terbatas, baru kebutuhan pokok saja. Kalau modal sudah ada, pasti kami akan lengkapi,” tambahnya. Hal ini menunjukkan bahwa koperasi sangat ingin meningkatkan kualitas layanan dan ketersediaan barang agar bisa lebih memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam hal penjualan, Kopdes Bentangan menjual LPG 3 kg seharga Rp19.000, beras SPHP dari Bulog seharga Rp62.000, dan minyak goreng Minyakita seharga Rp15.500. Meskipun pasokan dari BUMN seperti Bulog dan ID Food umumnya aman, koperasi pernah menghadapi tantangan. Bambang mengungkapkan ketika Bulog menggelar operasi pasar dan menjual beras dengan harga lebih murah yakni Rp55.000, penjualan beras di koperasi menjadi terhambat.
“Kami khawatir nanti kedaluwarsa, akhirnya beras yang ada di gudang kami minta Bulog untuk ambil kembali,” tuturnya. Ini menunjukkan bahwa koperasi harus selalu waspada terhadap kondisi pasar dan persaingan harga.
Mengenai klinik dan apotek, Bambang menjelaskan bahwa saat ini hanya apotek yang beroperasi, sementara klinik masih belum berjalan karena belum ada tenaga kesehatan yang ditugaskan oleh puskesmas setempat. Dengan adanya klinik, diharapkan dapat memberikan layanan kesehatan yang lebih lengkap kepada masyarakat sekitar.
Secara keseluruhan, Kopdes Merah Putih Bentangan menunjukkan potensi besar dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan berkontribusi dalam perekonomian lokal. Dengan dukungan yang tepat, koperasi ini dapat berkembang lebih jauh lagi dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.