Penemuan Rafflesia hasseltii di Sumatera Barat
Oxford University akhirnya memberikan pengakuan yang layak terhadap kontribusi peneliti Indonesia dalam penemuan bunga langka Rafflesia hasseltii yang mekar di Sijunjung, Sumatera Barat. Langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap berbagai kritik dari warganet setelah sebelumnya tidak menyebutkan nama-nama peneliti lokal dalam unggahan terkait penemuan tersebut.
Penemuan ini merupakan bagian dari riset bertajuk The First Regional Pan-Phylogeny for Rafflesia, yang bertujuan untuk merekonstruksi hubungan filogenetik seluruh jenis rafflesia. Dalam unggahan resmi di akun X pada Kamis, 27 November 2025, Oxford menjelaskan bahwa penemuan tersebut adalah hasil kolaborasi antara peneliti Oxford Botanic Garden, Chris Thorogood, dengan pekerja konservasi dan pemandu lokal bernama Septian Andriki atau Deki, serta Iswandi.
“Pekan lalu, Chris Thorogood dari Oxford Botanic Garden—dengan nama akun @thorogoodchris—bekerja sama dengan pahlawan konservasi lokal Septian (Deki) Andriki dan pemandu lokal mereka, Iswandi, melihat Rafflesia hasseltii di Sumatra,” begitu bunyi kalimat di akun Oxford.
Selain itu, Oxford juga menyebutkan dukungan dari Joko Witono dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Agus Susatya dari Universitas Bengkulu. “Yang bimbingannya membantu membuat perjalanan tersebut memungkinkan. Melihat bunga ini mekar menjadi sebuah pencapaian luar biasa bagi tim,” demikian pernyataan resmi dari kampus asal Inggris ini.
Oxford turut menampilkan foto para peneliti Indonesia dalam video yang diunggah, termasuk Joko, Agus, dan Deki. Mereka juga menyampaikan apresiasi kepada para ahli lokal yang berkontribusi dalam ekspedisi tersebut. Di situ ada nama Agung Wahyu, Jagek Fernandess, organisasi masyarakat Komunitas Peduli Puspa Langka. Pengelola akun juga menyampaikan apresiasi kepada warga lokal yang membantu penemuan bunga tersebut.
Kemitraan Internasional untuk Konservasi Rafflesia
Ekspedisi ini dinyatakan sebagai bagian dari Community for the Conservation and Research of Rafflesia (CCRR), kemitraan internasional yang telah berjalan sejak 2022. Komunitas ini terdiri atas ahli biologi akademik, ahli kehutanan, peneliti, dan praktisi komunitas dari berbagai negara yang bekerja untuk Rafflesia.
“Misi mereka adalah mendokumentasikan beberapa bunga paling langka di dunia dan membangun kelompok kerja konservasi Rafflesia—berbagi pengetahuan, perangkat, dan praktik terbaik untuk melindungi tanaman ini dalam jangka panjang,” demikian cuitan akun X Oxford University.
Respons Warganet Indonesia
Respons warganet Indonesia bermunculan di unggahan terbaru itu. Beberapa menyambut baik koreksi Oxford setelah kritik sebelumnya. “Nah, gitu dong! Terima kasih sudah gak nyewa buzzer buat bungkam kritik orang,” cuit @neohistoria_id, akun yang unggahannya banyak membahas sejarah.
Ada pula komentar bernada sarkas yang menyebut langkah tersebut dapat menjadi contoh bagi pemerintah Indonesia dalam merespons kritik. Pengguna lain juga bercanda ihwal tindakan Oxford yang membuat warganet ingin lanjut studi S2 di sana, bahkan menyekolahkan anak di universitas itu.
“Nah gini dong, besok anak anak saya tak kuliahin disini deh,” cuit akun @uu*, serta “lucu deh km oxford jadi mau S2 di sini,” tulis akun @spo*.
Cuitan dari beberapa pemilik akun X juga menyinggung soal cara menghargai kontribusi lokal. Langkah Oxford University memperbarui unggahan dianggap sebagai bukti bahwa pendekatan tersebut berhasil. Tak sedikit pula yang mengapresiasi langkah Oxford karena akhirnya memberikan kredit kepada peneliti dan ahli lokal yang terlibat.







