Inovasi Kacang Hijau Berbiji Hitam dari Universitas Nusa Cendana
Inovasi yang dilakukan oleh tim peneliti Universitas Nusa Cendana (Undana) dalam merakit varietas kacang hijau berbiji hitam telah mencatat langkah penting dalam upaya memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani di wilayah lahan kering. Proyek ini dilaksanakan melalui program Riset Inovatif-Produktif (RISPRO) yang didanai oleh LPDP Kementerian Keuangan RI. Tim peneliti dipimpin oleh Prof. Ir. Yosep Seran Mau, MSc., Ph.D., dan berhasil melakukan panen perdana di lokasi uji daya hasil di Kabupaten Malaka, tepatnya di Desa Alkani, Kecamatan Wewiku.
Lokasi pengujian ini merupakan salah satu dari empat titik yang tersebar di wilayah lahan kering NTT, yaitu di TTS, TTU, Manggarai Barat, dan Malaka. Acara panen yang berlangsung pada hari Kamis, tanggal 21 Agustus 2025 lalu, dihadiri oleh perwakilan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Malaka, Ir. Yustinus Nahak, M.Si, serta para petani setempat dan anggota tim peneliti Undana.
Dalam sambutannya, Ir. Yustinus Nahak memberikan apresiasi terhadap kinerja tim peneliti yang telah berhasil merakit calon-calon varietas unggul kacang hijau. Ia menekankan pentingnya mengurangi ketergantungan pada benih varietas unggul yang berasal dari luar NTT. Selain itu, ia juga berharap dapat dihasilkan varietas unggul baru yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Malaka.
Sebelum proses panen, tim peneliti melakukan pengamatan sistematis terhadap galur-galur kacang hijau generasi F8. Evaluasi mencakup karakter vegetatif seperti tinggi tanaman, umur berbunga, dan umur panen, serta karakter morfologis seperti warna daun, bunga, polong, dan biji. Selain itu, dilakukan pengamatan terhadap fase generatif seperti jumlah buku produktif per tanaman, jumlah kelompok polong per tanaman, dan jumlah polong per tanaman.
Setelah panen, dilakukan pengukuran bobot hasil biji per petak yang kemudian dikonversi menjadi hasil per hektar. Hasil uji menunjukkan bahwa beberapa galur F8 memiliki daya hasil sekitar 1,0–1,6 ton/ha dengan umur panen pendek (sekitar 57–65 hari setelah tanam). Daya hasil galur F8 hasil persilangan (Fore Belu dan Lokal Sabu) di Kabupaten Malaka melebihi varietas pembanding Vima 4 dan Vima 5, yang juga diuji dalam penelitian ini.
Warna biji hitam pada beberapa galur menunjukkan kandungan antosianin dan polifenol tinggi, menjadikannya sebagai kandidat kuat untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional. Prof. Yosep Seran Mau menyatakan bahwa kombinasi antara ketangguhan di lapangan dan nilai gizi tinggi ini menjadi jawaban atas kebutuhan pertanian adaptif di lahan kering dan pangan lokal berkualitas.
Panen perdana ini juga menjadi ajang aktualisasi alumni dan mahasiswa Prodi Agroteknologi Faperta Undana. Empat alumni muda seperti Gervasilus Verino Asa, S.P; Aprianto Nana, S.P; Frida Seran, S.P; dan Mario J.R.Kune, S.P., M.Ling, aktif dalam pendampingan teknis, pencatatan data, dan komunikasi dengan petani. Di sisi lain, empat mahasiswa aktif Prodi Agroteknologi seperti Adriana Abuk Natonis, Anggelina do Santos, Liggiria Jenisia Nahak, dan Satriana Nahak terlibat dalam pengambilan data sebagai bagian dari penelitian skripsi mereka tentang penampilan agronomis dan daya hasil serta ketahanan galur uji terhadap penyakit utama kacang hijau.
Kehadiran Agustinus Herikus Hane, mahasiswa Prodi Bahasa Inggris, juga menjadi hal menarik karena ia membantu tim sejak awal karena ketertarikannya terhadap isu agroteknologi dan kerja kolaboratif lintas disiplin.
Diskusi hangat antara petani, peneliti, mahasiswa, dan alumni berlangsung alami di tengah ladang panen, menciptakan ruang dialog dua arah dan refleksi atas kebutuhan nyata di tingkat tapak. Salah satu petani, Hanemasin, menyampaikan rasa senangnya karena bisa langsung melihat dan memanen sendiri.
Sehari setelah panen, tim peneliti melakukan diskusi strategis bersama Plh. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Malaka, Bapak Laurens Bere, S.P., M.Si. Dalam pertemuan tersebut, disepakati bahwa Kabupaten Malaka siap mendukung pengembangan lebih lanjut dan menjadi salah satu lokasi uji multilokasi tahun depan.
Program ini sejalan dengan visi Program Studi Agroteknologi Faperta Undana: “Pada tahun 2030 menjadi lembaga penyelenggara Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang Agroteknologi Lahan Kering Wilayah Semiringkai Kepulauan yang berkelanjutan, berwawasan wirausaha, dan berdaya saing global.” Melalui pendekatan ilmiah, keterlibatan multi-aktor, dan respons terhadap tantangan agroklimat lokal, kegiatan ini tidak hanya mendekatkan hasil riset dengan masyarakat tetapi juga membuka jalur nyata menuju ketahanan pangan, peningkatan ekonomi petani, dan perbaikan gizi di wilayah lahan kering Indonesia.
Ke depan, galur-galur unggul yang lolos seleksi akan mengikuti uji multilokasi sebagai tahap lanjutan sebelum dipersiapkan untuk diusulkan menjadi calon varietas unggul nasional pertama untuk kacang hijau berbiji hitam. Keunggulan adaptasinya di lahan kering NTT memberi harapan besar untuk pengembangan di wilayah lain yang memiliki karakter agroklimat serupa.