‘Pasukan Israel Membunuh Warganya Sendiri’

Pengakuan bekas tawanan dan penyintas serangan Hamas, meruntuhkan narasi yang dibangun Zionis “Israel” tentang pembunuhan yang disengaja dan kejam oleh para pejuang Palestina

Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/

InfoMalangRaya.com – Seorang wanita “Israel” penyintas serangan Hamas pada 7 Oktober ke pemukiman di dekat perbatasan Gaza mengatakan bahwa warga sipil Israel “tidak diragukan lagi” dibunuh oleh pasukan keamanan mereka sendiri.
Hal itu terjadi ketika pasukan Zionis terlibat dalam pertempuran sengit dengan para pejuang Palestina di Kibbutz (Pemukiman Yahudi) Be’eri dan menembak tanpa pandang bulu, baik kepada para pejuang maupun para tawanan “Israel”.
“Mereka menghabisi semua orang, termasuk para sandera,” katanya kepada radio Israel. “Terjadi baku tembak yang sangat, sangat sengit” dan bahkan penembakan tank.
Wanita itu, ibu tiga anak berusia 44 tahun bernama Yasmin Porat, mengatakan bahwa sebelumnya, ia dan warga sipil lainnya sempat menjadi tawanan pejuang Hamas selama beberapa jam dan diperlakukan secara manusiawi. Dia telah melarikan diri dari pesta Nova yang berada di dekatnya.
Rekaman wawancaranya, dari program radio Haboker Hazeh (“This Morning”) yang dibawakan oleh Aryeh Golan di lembaga penyiaran negara Kan, telah beredar di media sosial.
Wawancara tersebut telah diterjemahkan oleh The Electronic Intifada. Anda dapat mendengarkannya dengan teks bahasa Inggris di video ini dan transkripnya ada di bagian akhir artikel ini:

#terkuak Yasmin Porat yg selamat kala itu mengatakan justru pejuang #Palestina perlakukan tawanan #Israel sangat “manusiawi,” kenang Yasmin, yang beruntung krn selamat dari serangan pasukan Israel di Kibbutz Be’eri, yang menurutnya telah membunuh bnyk warga sipil Israel. pic.twitter.com/RRd0uyzOwd— InfoMalangRaya.com (@hidcom) October 16, 2023

Perlu dicatat, wawancara ini tidak termasuk dalam versi online Haboker Hazeh pada tanggal 15 Oktober, episode yang tampaknya ditayangkan. Mungkin saja wawancara tersebut telah disensor karena kebijakan Zionis.
Porat, yang berasal dari Kabri, sebuah pemukiman di dekat perbatasan Lebanon, tentu saja mengalami hal-hal yang mengerikan dan melihat banyak orang yang bukan kombatan terbunuh. Pasangannya sendiri, Tal Katz, termasuk di antara korban tewas.
Namun, pengakuan Porat meruntuhkan narasi yang dibangun Zionis “Israel” tentang pembunuhan yang disengaja dan kejam oleh para pejuang Palestina.
Porat juga memberikan keterangannya kepada surat kabar Israel, Maariv.
Namun, pengakuan Porat yang diberitakan Maariv pada tanggal 9 Oktober tidak menyebutkan secara spesifik tentang warga sipil yang dibunuh oleh pasukan Zionis
Dan dalam sebuah wawancara selama setengah jam dengan Channel 12 Israel pada hari Kamis, Porat berbicara tentang baku tembak intens setelah pasukan Zionis tiba. Porat sendiri terkena tembakan di pahanya.
Lari dari Pesta ‘Nova’
Porat sedang menghadiri pesta “Nova” ketika serangan Hamas dimulai dengan rudal dan paralayang bermotor. Dia dan rekannya Tal Katz melarikan diri dengan mobil ke Kibbutz (Pemukiman Yahudi) Be’eri, tempat di mana banyak peristiwa yang dia gambarkan dalam wawancara media terjadi.
Dia pun mencari perlindungan di salah satu rumah di kibbutz milik pasangan suami istri. Meski begitu, pejuang Hamas tetap menemukan mereka dan mengumpulkan mereka di satu rumah lain.
Pejuang Hamas lantas memintanya menelepon polisi, menurut Porat, karena tujuan pejuang Palestina adalah menculik mereka untuk dibawa ke Gaza.
“Pada awalnya tidak ada pasukan keamanan [Zionis] bersama kami,” kenang Porat, seraya menambahkan bahwa panggilan pertamanya kepada polisi Israel tidak dijawab. “Kami yang menelepon polisi, bersama dengan para penculik, karena para penculik ingin polisi datang. Karena tujuan mereka adalah menculik kami ke Gaza.”
“Mereka mengerti bahwa tentara (Zionis) tidak akan membunuh sandera. Jadi mereka ingin keluar bersama kami dalam keadaan hidup dan polisi mengizinkannya,” kata Porat kepada Channel 12.
Hujan peluru, mortir dan peluru tank
Setengah jam setelah Porat menelepon polisi, pasukan Zionis mengumumkan kedatangan mereka dengan hujan peluru, yang mengejutkan para pejuang Hamas dan tawanan “Israel”.
“Kami sedang berada di luar dan tiba-tiba ada rentetan peluru ke arah kami dari [unit Israel] YAMAM. Kami semua mulai berlari mencari perlindungan,” kata Porat kepada Channel 12.
Porat mengatakan bahwa ia menyerah kepada tentara Zionis setengah jam setelah pertempuran sengit yang terdiri dari “puluhan, ratusan, dan ribuan peluru dan mortir beterbangan di udara,” dan bahwa salah satu pejuang Palestina, seorang komandan, memutuskan untuk menyerah dan menggunakannya sebagai perisai manusia.
“Dia mulai menanggalkan pakaiannya,” kenang Porat kepada Aryeh Golan di Kan. “Dia memanggil saya dan dia mulai meninggalkan rumah bersama saya, di bawah tembakan. Pada saat itu saya berteriak kepada [pasukan komando Zionis] … ketika mereka bisa mendengar saya, untuk berhenti menembak.”
“Dan kemudian mereka mendengar saya dan berhenti menembak,” tambahnya. “Saya melihat orang-orang dari kibbutz di halaman. Ada lima atau enam sandera tergeletak di tanah di luar. Seperti domba yang akan disembelih, di antara tembakan pasukan komando kami dan para teroris.”
“Para teroris menembak mereka?” Golan bertanya.
“Tidak, mereka terbunuh oleh baku tembak,” jawab Porat. “Pahamilah bahwa ada baku tembak yang sangat, sangat sengit.”
Golan menekan: “Jadi pasukan kita mungkin telah menembak mereka?”
“Tidak diragukan lagi,” mantan tawanan itu menjawab, dan menambahkan, “Mereka menghabisi semua orang, termasuk para sandera karena terjadi baku tembak yang sangat, sangat sengit.”
“Setelah baku tembak yang gila-gilaan, dua peluru tank ditembakkan ke dalam rumah. Itu adalah rumah kibbutz kecil, tidak ada yang besar,” jelas Porat.
Porat dan pejuang yang membawanya sebagai tawanan, selamat. Pejuang Palestina itu ditawan oleh pasukan Zionis. Namun menurut Porat, hampir semua orang di pemukiman itu terbunuh, terluka atau hilang, diyakini telah dibawa ke Gaza.
Porat mengatakan kepada Kan bahwa ia kehilangan puluhan teman yang pernah ikut dalam pesta – orang-orang yang biasa ia temui di pesta-pesta di “Israel”.
“Saya marah kepada negara, saya marah kepada tentara,” kata Porat kepada Maariv. “Selama 10 jam kibbutz diabaikan.”
Upaya bersama Amerika-Israel untuk menggambarkan Hamas lebih buruk daripada ISIS untuk membenarkan genosida yang dilakukan Zionis Israel terhadap penduduk sipil di Gaza bergantung pada publik internasional yang tidak melihat atau mendengar kesaksian seperti yang disampaikan Porat.
Para pemimpin Zionis, yang telah dikritik habis-habisan karena gagal mengantisipasi dan mencegah serangan Hamas, juga tidak ingin kegagalan besar mereka diperparah dengan pengetahuan bahwa banyak warga “Israel” yang tewas mungkin terbunuh oleh “tembakan rekan sendiri” dalam serangan balasan tentara Zionis.
Strategi Hannibal?
Saleh al-Arouri, seorang komandan militer senior Hamas, secara langsung membantah klaim Zionis bahwa para pejuangnya dengan sengaja membunuh sebanyak mungkin warga sipil.
Kampanye propaganda Zionis telah memasukkan kisah-kisah kekejaman yang mengerikan – tidak ada buktinya sama sekali – bahwa orang-orang Palestina memenggal puluhan bayi “Israel” dan para wanita diperkosa.
Al-Arouri mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera pada hari Kamis bahwa para pejuang dari pasukan militer organisasinya, Brigade Al-Qassam, berada di bawah protokol yang ketat untuk tidak menyakiti warga sipil.
Namun al-Arouri mengatakan bahwa setelah divisi Gaza “Israel” – unit militer yang mengelilingi Jalur Gaza – runtuh lebih cepat dari yang diperkirakan, orang-orang di Gaza bergegas ke daerah perbatasan setelah mengetahui bahwa perbatasan tersebut telah dibuka, sehingga menyebabkan kekacauan. Dia mengatakan bahwa ini mungkin termasuk orang-orang bersenjata lainnya yang bukan bagian dari Brigade Al-Qassam.
Al-Arouri mengatakan bahwa hal ini menyebabkan para pejuang Al-Qassam terlibat dalam pertempuran dengan tentara, penjaga pemukiman dan penduduk bersenjata, yang menyebabkan kematian warga sipil.
Al-Arouri juga menyebut kemungkinan Zionis menggunakan apa yang disebut Strategi Hannibal (Hannibal Directive) – sebuah protokol yang mengizinkan pasukan Israel untuk menggunakan kekuatan yang luar biasa untuk membunuh salah satu tentara mereka yang tertangkap daripada membiarkan mereka ditawan.
Alasan dari Hannibal Directive adalah untuk menghindari musuh memiliki tawanan yang dapat digunakan dalam negosiasi pertukaran tawanan.
Namun dalam kasus ini, jika instruksi tersebut diterapkan oleh pasukan ZIonis, maka akan digunakan terhadap warga sipil.
Al-Arouri mengatakan kepada Al Jazeera, “Kami yakin bahwa para pemuda [pejuang] dibom bersama dengan tawanan yang bersama mereka.”
Kisah Porat, menggarisbawahi perlunya investigasi independen, yang tidak mungkin dilakukan oleh Zionis Israel.
Narasi propaganda yang ada saat ini terlalu berharga bagi para pelaku genosida di Tel Aviv.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *