Kelangkaan Beras Medium Mengganggu Pedagang di Pasar Kota Malang
Pedagang beras di Pasar Besar Kota Malang mengeluhkan kesulitan dalam mendapatkan pasokan beras medium dalam beberapa minggu terakhir. Jenis beras yang biasa digunakan oleh warung makan, seperti merek Bintang Biru dan Lahap, kini semakin langka di pasar. Hal ini menyebabkan penurunan jumlah stok yang tersedia dan memengaruhi aktivitas jual beli di tempat tersebut.
Afi Riskia, salah satu pedagang beras di Pasar Besar Kota Malang, menjelaskan bahwa meskipun sesekali masih ada stok yang tersedia, keberadaannya sangat terbatas dan cepat habis. Ia mengatakan, sebelumnya ia bisa menjual hingga 75 kilogram per hari atau tiga sak beras jika stok stabil. Namun saat ini, hanya mampu mendapat pasokan sekitar 20 kilogram per hari.
“Ada sih, tapi sedikit sekali. Bahkan di toko lain banyak yang kosong,” ujarnya kepada Infomalangraya.com. Menurut Afi, harga beras medium kini mencapai Rp 16 ribu per kilogram, sementara di beberapa tempat lebih mahal hingga Rp 17 ribu per kilogram. Kondisi ini membuatnya sering berkeliling ke toko-toko lain untuk mencari stok tambahan agar dapat memenuhi permintaan pelanggan.
Ia juga menambahkan bahwa para pemilik warung biasanya meminta merek tertentu. Jika tidak sesuai, mereka tidak mau menerima beras dari merek lain. Dalam beberapa kesempatan, Afi bahkan harus mencari ke toko tertentu, tetapi ternyata sudah habis dipesan orang sebelumnya.
Menurut Afi, kelangkaan beras medium dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya adalah harga gabah yang dinilai terlalu murah bagi petani, sehingga tidak banyak yang digiling. Selain itu, isu tentang beras oplosan beberapa waktu lalu juga ikut memperparah situasi ini.
Afi sempat mendapatkan pasokan beras SPHP sebanyak 30 sak ukuran 5 kilogram. Namun, perbedaan harga dengan pasar murah membuat penjualan di pasar tradisional kurang diminati. Di operasi pasar, harga beras SPHP dijual seharga Rp 55 ribu per sak, sementara ia mendapatkannya dengan harga Rp 57 ribu. Jika dijual kembali, maksimal hanya bisa sampai Rp 62 ribu. Akibatnya, konsumen lebih memilih membeli di pasar murah.
Afi berharap pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi masalah distribusi beras medium agar keadaan kembali normal. “Kami pedagang jadi tidak kebingungan mencari barang. Konsumen pun bisa membeli dengan harga yang wajar,” tegasnya.
Di Pasar Bunulrejo, Supriyono juga mengalami kondisi serupa. Ia mengatakan bahwa saat ini terjadi kelangkaan beras medium, terutama untuk kemasan 5 kg. Kondisi ini sudah berlangsung selama sebulan terakhir.
“Beras medium memang langka, sudah lama terjadi seperti ini,” ujarnya. Menurut Supriyono, agen sering mengirim beras dalam kemasan 25 kg, sedangkan pedagang meminta kemasan 5 kg. Mau tidak mau, pedagang harus membeli atau tidak memiliki stok sama sekali. Sementara permintaan konsumen terus meningkat.
Supriyono mengaku bahwa stok di tempatnya semakin berkurang. Di tengah kondisi sulit ini, ia mencoba mencari bahan dari tempat lain. Meski tidak banyak, ia tetap menjual apa yang diperoleh.
