InfoMalangRaya.com– Jumlah korban yang mengalami pelecehan seksual atau tindak kejahatan seksual lainnya di transportasi umum di Prancis menurut catatan aparat penegak hukum meningkat 86 persen dalam kurun hampir satu dekade.
National Observatory on Violence against Women (Miprof) hari Senin (10/3/2025) merilis hasil kajiannya selama sepuluh tahun, yang diamanatkan oleh pemerintah, lansir AFP.
Laporan itu menyoroti tingginya jumlah kasus kekerasan seksual di transportasi umum seperti kereta, metro (kereta komuter) serta moda lainnya di seluruh Prancis.
Jumlah korban naik menjadi 3.374 pada tahun 2024, atau 6 persen lebih tinggi dibandingkan angka tahun 2023, dan 9 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2022. Dari angka tersebut, sebanyak 44 korban berada di wilayah Île-de-France, yang mencakup kota Paris dan daerah suburban disekitarnya.
Kaum Hawa mencakup 91 persen korban, dengan dua pertiga dari mereka berusia di bawah 30 tahun, dan 36 persen korban merupakan anak di bawah umur.
Para pelaku kejahatan seksual 99 persen merupakan laki-laki.
Meskipun kebanyakan kekerasan seksual terhadap perempuan dilakukan oleh orang yang dikenal arau berada di sekitar korban, fakta menunjukkan tempat umum, dan khususnya transportasi umum, masih menjadi TKP terbanyak, kata Sekjen Miprof Roxana Maracineanu.
Laporan Miprof itu mencakup hasil survei bulan Juni 2022 yang dilakukan oleh Enov Institute untuk jaringan transportasi umum RATP, yang menemukan bahwa 7 dari 10 perempuan sudah pernah dalam hidupnya menjadi korban kejahatan seksual di transportasi umum di wilayah Île-de-France.
Angka itu naik menjadi 90 persen bagi perempuan kelompok usia 19-25 tahun, menurut hasil survei.Kejahatan seksual yang dialami korban beragam, mulai dari penghinaan seksis dan seksual, pelecehan seksual serta paparan tidak senonoh (dipertontonkan bagian aurat).
Sebanyak 15 persen korban mengaku mengalami serangan seksual, 6 persen mengaku mengalami pemerkosaan atau percobaan pemerkosaan.Lebih dari setengah responden yang disurvei mengaku tidak merasa aman ketika menggunakan kereta di wilayah Île-de-France, dan 80 persen mengaku senantiasa waspada.
Akibatnya, sebagian perempuan menyesuaikan perilakunya guna menghadapi risiko tersebut. Sebanyak 68 persen mengaku berpakaian berbeda apabila menggunakan transportasi umum, 83 persen menyandarkan bagian belakang badannya dinding atau di pintu apabila terpaksa berdiri saat menggunakan kendaraan umum, sebanyak 93 persen berusaha mencari tempat duduk di samping sesama wanita, atau orang yang berpasangan atau keluarga daripada laki-laki yang tampaknya bersendirian.
Hanya 7 persen korban yang tercatat dalam hasil studi Enov yang melaporkan kasusnya ke petugas kepolisian atau gendarmerie.
Sementara itu menurut data dari Kementerian Transportasi Umum, dari semua kejahatan seksual yang tercatat pada 2024 sebanyak 3 persen terjadi di transportasi umum. Proporsi itu tetap stabil sejak 2016, menurut Miprof.
Selama kurun sepuluh tahun, hasil studi itu menunjukkan terjadi perubahan pada reaksi yang ditunjukkan para saksi, dengan 23 persen korban mengaku mendapatkan pertolongan dari pihak ketiga, bandingkan dengan angka 10 persen pada tahun 2016.
Nomor pengaduan (3117 dan 31177), yang sudah diketahui oleh banyak pengguna transportasi umum di Paris dan sekitarnya, jarang dipergunakan oleh para korban, hanya 12 persen yang mengaku pernah mengontak nomor tersebut.*