Strategi Pemerintah dalam Menghadapi Perubahan Industri Otomotif
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memberikan arahan kepada industri komponen otomotif untuk beralih memproduksi komponen alat transportasi lainnya. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari strategi pemerintah dalam menghadapi tren peralihan mobil konvensional ke mobil listrik. Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin, Mahardi Tunggul Wicaksono menjelaskan bahwa jumlah komponen yang diperlukan untuk mobil bermesin konvensional mencapai puluhan ribu unit, sementara komponen mobil listrik berbasis baterai hanya sekitar 10.000 unit.
“Kami telah mengarahkan industri komponen otomotif untuk mulai mengalihkan produksi dari kendaraan otomotif biasa menuju industri kendaraan aviasi dan maritim,” ujar Tunggul di kantornya, Senin (25/8). Ia menilai pengalihan produksi ini bertujuan agar utilisasi pabrik tetap terjaga di tengah penurunan permintaan mobil konvensional. Menurutnya, pengalihan tersebut dapat dilakukan karena industri komponen otomotif sudah memiliki teknologi, alat produksi, dan pabrik yang bisa digunakan untuk memproduksi komponen lain.
Tunggul juga menyatakan bahwa perkembangan industri mobil listrik akan berdampak pada industri komponen nasional. Karena itu, ia menilai kebutuhan industri otomotif akan berkurang akibat adanya pertumbuhan permintaan mobil listrik. Dengan demikian, perlu adanya adaptasi dan inovasi dari industri komponen otomotif.
Kebijakan Pemerintah dan Perspektif Industri
Di sisi lain, Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, mengingatkan pemerintah agar tidak mengorbankan perekonomian nasional demi mencapai target emisi nol bersih (NZE). Menurut dia, adopsi mobil listrik secara penuh di dalam negeri bukan satu-satunya cara untuk mencapai NZE. “Jangan sampai komitmen NZE justru mengorbankan ekonomi nasional, karena konsekuensinya cukup berat. Pada saat yang sama, mesin pembakaran dalam (ICE) dan mobil listrik (EV) bisa berjalan beriringan,” ujarnya.
Ia menilai bahwa industri otomotif nasional sedang memasuki era baru yang dipimpin oleh Tiongkok, menggantikan dominasi Jepang sebelumnya. Kukuh menilai para pengusaha komponen otomotif asal Tiongkok akan segera mencari mitra lokal untuk masuk pasar dalam negeri. Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah untuk menyesuaikan insentif industri otomotif dengan era baru ini. Kukuh menilai langkah ini dapat memicu minat investor asing untuk masuk ke Indonesia.
Masa Depan Industri Otomotif Nasional
Menurut Kukuh, jika pemberian insentif disesuaikan dengan kesepakatan yang ada, maka hal ini akan memberikan sinyal positif kepada pelaku usaha asing. Ia menegaskan bahwa pemerintah perlu menyiapkan kebijakan yang lebih fleksibel dan responsif terhadap perubahan global, termasuk dalam hal pengembangan industri otomotif.
Dengan adanya peralihan dari mobil konvensional ke mobil listrik, industri komponen otomotif harus siap beradaptasi. Perusahaan-perusahaan yang mampu melakukan transformasi akan memiliki peluang besar untuk tetap eksis dan berkembang. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah dan swasta sangat penting dalam memastikan bahwa industri otomotif nasional tetap kompetitif di tingkat regional maupun global.
Perubahan ini juga membuka peluang bagi industri lain seperti aviasi dan maritim untuk turut berkembang. Dengan sumber daya dan infrastruktur yang sudah tersedia, industri komponen otomotif bisa menjadi tulang punggung dalam mendukung pertumbuhan sektor-sektor lain. Dengan begitu, perekonomian nasional akan semakin kuat dan berkelanjutan.