Insiden Kebocoran Data Coupang Memicu Penyelidikan Darurat di Korea Selatan
Pada Minggu, 30 November 2025, pemerintah Korea Selatan mengadakan pertemuan darurat setelah terjadi insiden kebocoran data besar-besaran yang melibatkan Coupang. Perusahaan e-commerce ternama ini dikenal sebagai “Amazon-nya” Korea Selatan. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Wakil Perdana Menteri Yun-cheol, Menteri Sains dan Teknologi Informasi Bae Kyung-hoon, serta Penjabat Komisaris Jenderal Badan Kepolisian Nasional Korea, Yoo Jae-seong.
Dugaan sementara menyebutkan bahwa kebocoran data ini memengaruhi sekitar 65 persen populasi negara tersebut. Angka ini sangat mengejutkan, mengingat jumlah penduduk Korea Selatan mencapai 51,7 juta jiwa. Diperkirakan, sebanyak 33,7 juta akun terkena dampak kebocoran data ini, dengan hampir 100 persen pemilik akun berada di dalam negeri.
Insiden ini awalnya terdeteksi pada bulan November ketika Coupang mendeteksi akses ilegal ke sekitar 4.500 akun pelanggan. Setelah itu, tim internal perusahaan menemukan bahwa serangan ini bisa dilakukan terhadap 33,7 juta akun. Meskipun proporsi populasi yang terdampak mungkin lebih rendah, ancaman lain yang muncul dari kebocoran ini menjadi perhatian utama.
Informasi seperti nama, alamat pos, nomor telepon, dan riwayat pesanan diyakini telah dibobol. Namun, Coupang menyatakan bahwa informasi pembayaran dan kredensial login tidak terpengaruh. Hal ini memberi sedikit rasa aman bagi pengguna, meski tetap memicu kekhawatiran tentang keamanan data pribadi.
Kebocoran data Coupang merupakan insiden terbesar dalam beberapa waktu terakhir, dan menjadi lanjutan dari serangkaian pelanggaran data yang terjadi terhadap perusahaan-perusahaan Korea Selatan. Sebelumnya, ada kasus kebocoran data yang melibatkan 27 juta pelanggan SK Telecom dan 3 juta pelanggan Lotte Card, yang juga menjadi perhatian pemerintah dan industri.
Coupang telah mencatat pendapatan tahunan puluhan miliar dolar dalam beberapa tahun terakhir. Keberhasilannya berasal dari layanan seperti Rocket Delivery yang menawarkan pengiriman di hari yang sama dan pengiriman di pagi hari. Model layanan cepat ini menjadikan Coupang sebagai destinasi belanja favorit bagi banyak orang Korea.
Setelah mengetahui adanya insiden pelanggaran data, Coupang langsung melaporkan kejadian tersebut kepada otoritas terkait, termasuk Badan Kepolisian Nasional, Komisi Perlindungan Informasi Pribadi, dan Badan Internet – Keamanan Korea. Proses penyelidikan akan segera dimulai untuk menentukan penyebab kebocoran dan tindakan yang akan diambil jika ditemukan kelalaian dalam penerapan langkah-langkah keamanan sesuai Undang-Undang Perlindungan Data.
Dampak dan Tindakan yang Diambil
- Penyelidikan oleh pemerintah: Pemerintah Korea Selatan akan melakukan investigasi menyeluruh terhadap kebocoran data ini.
- Tindakan hukum: Jika ditemukan adanya kelalaian dalam penerapan keamanan, sanksi tegas akan diberlakukan sesuai undang-undang yang berlaku.
- Peningkatan keamanan: Coupang diharapkan meningkatkan sistem keamanan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
- Komunikasi dengan pengguna: Perusahaan akan memberikan informasi lengkap kepada pengguna terkait dampak kebocoran data dan langkah-langkah yang diambil.
Perspektif Masyarakat
Masyarakat Korea Selatan mulai merasa khawatir terhadap keamanan data pribadi mereka. Kebocoran data yang terjadi di Coupang menunjukkan betapa rentannya informasi pribadi di era digital. Masyarakat berharap pemerintah dan perusahaan dapat bekerja sama untuk memperkuat perlindungan data dan memastikan kepercayaan pengguna tetap terjaga.
Tantangan di Masa Depan
Insiden ini menjadi peringatan bagi perusahaan teknologi dan e-commerce di seluruh dunia. Semakin berkembangnya teknologi, semakin tinggi risiko kebocoran data. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk terus memperbarui sistem keamanan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan data pribadi.







