InfoMalangRaya.com – Gerakan Perlawanan Islam Palestina Hamas siap melakukan perang atrisi atau perang panjang dan menegaskan masih memiliki sumber daya untuk melawan penjajah ‘Israel’.
Hal itu disampaikan Kepala Biro Politik Hamas, Yahya Sinwar, hampir setahun setelah pembantaian di Gaza.
Perang atrisi adalah strategi militer yang mencakup upaya bertempur untuk memenangkan perang dengan cara melemahkah musuh hingga mencapai titik keruntuhan melalui kerugian terus menerus.
Yahya Sinwar ditunjuk menggantikan peran Ismail Haniyeh, yang syahid dibunuh ‘Israel’, pada bulan lalu. Sinwar mengatakan “kami telah mempersiapkan diri untuk berperang dalam perang yang panjang,” dalam sebuah surat kepada sekutu-sekutunya pada Senin (16/09/2024).
Sinwar mengatakan bahwa kelompok-kelompok di Gaza dan di tempat lain di wilayah tersebut akan “mematahkan kemauan politik musuh” setelah lebih dari 11 bulan perang yang dimulai pada tanggal 7 Oktober.
Dalam surat yang ditujukan juga kepada Houthi itu, Sinwar mengatakan bahwa “upaya gabungan kami dengan Anda” dan kelompok-kelompok di Lebanon dan Irak “akan mematahkan musuh ini dan memberikan kekalahan kepadanya.”
Pernyataan pemimpin Hamas ini datang ketika ‘Israel’ terus melancarkan pembantaian di daerah pantai yang terkepung. Terbaru, serangan bom ‘Israel’ membunuh setidaknya 20 puluh warga Palestina.
Merespon Serangan Rudal Houthi
Dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi, pemimpin Houthi Abdul Malik al-Houthi mengatakan: “Operasi kami akan terus berlanjut selama agresi dan pengepungan terhadap Gaza terus berlanjut.”
Pada Ahad, Houthi melancarkan rudal balistik hipersonik yang berhasil menghantam Tel Aviv. Pertahanan udara ‘Israel’ gagal mencegat rudal permukaan-ke-permukaan tersebut.
Amerika Serikat, yang selama berbulan-bulan melakukan upaya mediasi untuk mencapai gencatan senjata di Gaza, baru saja mengajukan proposal baru untuk menjembatani celah antara ‘Israel’ dan Hamas.
“Kami terus terlibat dengan mitra-mitra kami di wilayah ini”, termasuk mediator Qatar dan Mesir, untuk mencapai ‘proposal yang dapat membawa kedua belah pihak pada kesepakatan akhir’, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller.
Dia mencatat bahwa permintaan ‘Israel; untuk tetap menempatkan pasukan di perbatasan Palestina-Mesir dan rincian tentang pembebasan tawanan tetap menjadi syarat utama kesepakatan.*
Leave a Comment
Leave a Comment