Stadion Sangkuriang Tetap Jadi Sarana Olahraga Masyarakat
Stadion Sangkuriang, yang dikenal sebagai salah satu ikon kota Cimahi, tetap berfungsi sebagai tempat olahraga yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Meski tidak lagi menjadi markas klub sepak bola lokal setelah PSKC pindah, pemerintah kota terus berupaya agar fasilitas ini tetap aktif dan bermanfaat bagi warga.
Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Cimahi, Achmad Nuryana, menyampaikan bahwa stadion ini sekarang lebih fokus pada kebutuhan masyarakat umum. Ia menjelaskan bahwa meskipun PSKC pernah direncanakan menjadi pengguna utama stadion setelah revitalisasi, namun akhirnya klub tersebut berubah nama menjadi Garudayaksa FC dan bermarkas di Bekasi.
Stadion Sangkuriang memiliki sejarah panjang. Diresmikan pada 28 Agustus 1974, awalnya menjadi markas Persikab Kabupaten Bandung sebelum Cimahi menjadi kota administratif terpisah pada tahun 2001. Sejak saat itu, stadion ini menjadi bagian penting dari kehidupan olahraga warga.
Ahmad menegaskan bahwa tidak adanya klub profesional seperti PSKC tidak mengubah fungsi stadion. Fasilitas ini terus digunakan untuk berbagai kegiatan olahraga, termasuk pembinaan pemain muda. Ada beberapa klub amatir yang sering bertanding di sini, serta even-turnamen seperti Piala Soeratin yang rutin diselenggarakan.
Turnamen tersebut menjadi salah satu cara untuk mencari bibit-bibit unggul dalam dunia sepak bola sejak usia dini. Proses pembinaan dilakukan secara berjenjang dan berkelanjutan, sehingga potensi pemain bisa dikembangkan dengan baik.
Meski begitu, kondisi stadion masih belum memenuhi standar untuk menjadi homebase klub profesional. Tribun utama yang berkapasitas 12.000 penonton belum mengalami pemugaran lengkap. Tidak ada tribun di sekeliling lapangan, serta area parkir yang minim juga menjadi tantangan.
“Untuk homebase klub profesional, fasilitas belum layak. Kami belum bisa membangun tribun di seluruh area lapangan, bahkan tribun yang ada saat ini juga belum diperbaiki. Sarana pendukung seperti ruang ganti dan toilet sudah cukup memadai, namun perluasan area parkir sangat sulit karena lahan terbatas,” ujarnya.
Pemerintah Kota Cimahi sempat melakukan revitalisasi pada tahun 2022. Saat itu, area lapangan diperbaiki dan dilapisi rumput Japonica dengan anggaran sebesar Rp 5,55 miliar. Namun, jika mengacu pada Detail Engineering Design (DED), total biaya revitalisasi stadion diperkirakan mencapai Rp 278 miliar.
“Karena biaya yang besar, kami hanya melakukan perbaikan parsial, bukan secara keseluruhan. Hal ini dilakukan agar tidak memberatkan APBD kota,” tambahnya.
Dengan upaya yang terus dilakukan, Stadion Sangkuriang tetap menjadi pusat aktivitas olahraga yang mendekatkan masyarakat dengan dunia sepak bola. Meskipun tidak lagi menjadi markas klub profesional, stadion ini tetap menjadi tempat yang strategis untuk pengembangan bakat olahraga di Kota Cimahi.